Hajat Ketupat, Tradisi Unik Keraton Kasepuhan Cirebon di Bulan Syawal

Hajat Ketupat, Tradisi Unik Keraton Kasepuhan Cirebon di Bulan Syawal

CIREBON – Keraton Kasepuhan kembali mengadakan tradisi syawal dengan sederhana. Yakni mengadakan hajat masakan ketupat yang dikirimkan ke beberapa tempat, Kamis (20/5).

Kegiatan tersebut merupakan kegiatan internal dengan mengirimkan ketupat ke Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid Pejlagrahan, Langgar Agung, Ketandan, para warga, abdi dalam dan situs-situs lainnya.

Menurut, Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan RR Alexandra Wuryaningrat, kegiatan ini dilakukan sebagai rasa syukur setelah melakukan puasa sunah syawalan selama 6 hari.

Selain itu, keluarga keraton juga belum memakan ketupat sejak Idul Fitri. Barulah hari ini ada tradisi makan ketupat.

“Kami mengadakan kegiatan ini sebagai rasa syukur telah melaksanakan puasa sunah dengan lancar. Kami baru makan ketupat hari ini,” ujar Alexandra.

Alexandra juga menambahkan bahwa ketupat merupakan paraphrase dari ngaku lepat yang artinya mengaku bersalah. Janur untuk membungkus juga kependekan dari jatining nur yang artinya hati nurani.

Kemudian beras dimasukkan ke dalam anyaman yang berarti nafsu duniawi. Sehingga, ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

“Arti ketupat sendiri melambangkan nafsu duniawi yang dibungkus dengan hati nurani,” tambah Alexandra.

Bagi sebagian masyarakat Cirebon bentuk ketupan juga diartikan sebagai papat limo pancer yang artinya empat penjuru mata angin. Sehingga, papat limo pancer berartikan ke arah manapun manusia tidak boleh melupakan arah kiblat atau arah salat. (fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: