Waspada! Copy Paste Virus Covid-19 Selalu Ada

Waspada! Copy Paste Virus Covid-19 Selalu Ada

MUTASI virus yang memunculkan varian baru terjadi seiring dengan penularan dari orang ke orang. Begitu masuk ke dalam tubuh manusia, virus mereplikasi diri. Ada kemungkinan virus baru tersebut berbeda dari virus awalnya.

“Kemungkinannnya biasa saja, lemah atau kuat. Apabila variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia, yakni meningkatkan transmisi atau penularan, maka hal itu tergolong variants of concern atau perhatian khusus,” kata Dokter spesialis pulmonologi dan kedokteran respirasi (paru) dokter. Erlina Burhan di Jakarta, dalam sebuah diskusi daring di Jakarta, Jumat (21/5).

Apablila salah satunya ada, maka semakin banyak infeksi pada suatu populasi. Hal itu juga menyebabkan banyaknya penularan. “Copy paste virus selalu ada. Artinya potensi mutasi akan terus meningkat,” jelas Erlina.

Saat ini ada tiga varian yang masuk kategori variants of concern. Yaitu B117, B1351, dan P1. Varian B117 asal Inggris dilaporkan meningkatkan transmisi atau penyebaran. Sementara B1351 asal Afrika Selatan selain bisa menimbulkan dampak penularan, juga berdampak menurunkan efektivitas vaksin. Begitu pula varian P1 dari Brazil.

Data menunjukkan efektivitas vaksin Novavax terhadap B1351 mengalami penurunan sampai 49 persen. Padahal vaksin ini memiliki efikasi sampai 95,6 persen terhadap varian umum Corona. Penurunan efektivitas juga terjadi pada vaksin Johnson & Johnson (J&J) menjadi 57 persen. Vaksin ini sebenarnya dikatakan 66 persen efektif terhadap COVID-19 secara umum.

Vaksin AstraZeneca disebutkan juga mengalami penurunan. Namun para ahli belum bisa mengambil kesimpulan. Sebab, masih menunggu beberapa hasil penelitian lainnya.

“Yang justru menjadi perhatian yakni varian asal Afrika B1351. Disebut proteksi vaksin AstraZeneca rendah karena efikasinya turun signifikan. Terutama proteksi pada tingkat ringan dan sedang. Untuk yang berat belum ada hasilnya. P1 terhadap Novovax, sedikit penurunan. Tetapi masih memenuhi kriteria yang direkomendasikan WHO,” terang Erlina.

Di Indonesia hingga saat ini sudah terdapat 16 kasus varian baru antara lain: 2 kasus B1617 asal India di Jakarta, 1 kasus B1351 asal Afrika di Bali, 13 kasus B117 asal Inggris di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Bali. B117 bahkan sudah terdeteksi sejak Maret di Indonesia.

Di India, B1617 ditemukan pada Desember 2020 seiring penularan yang sangat tinggi di negara itu. Varian ini disebut-sebut lebih menular dari virus aslinya. Ada juga kemungkinan B1617 juga mengurangi efektivitas vaksin COVID-19. (Fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: