Pernikahan di Kota Cirebon Meningkat, Tapi Resepsi Berkurang

Pernikahan  di Kota Cirebon Meningkat, Tapi Resepsi Berkurang

WALIMATUL \'ursy atau menggelar resepsi pernikahan merupakan sesuatu yang disunahkan. Di masyarakat Indonesia, resepsi pernikahan sudah menjadi bagian yang melekat dalam suatu pernikahan. Pernikahan yang digelar tanpa adanya resepsi, ibarat makan sayur tanpa garam.

Namun adanya pandemi Covid-19 membuat segala aktivitas sosial menjadi serba dibatasi. Termasuk pelaksanaan resepsi pernikahan yang harus diatur dengan regulasi, karena berpotensi menciptakan kerumunan.

Hal ini berdampak terhadap keputusan masyarakat yang tidak menggelar prosesi pernikahan dengan resepsi yang meriah. Masyarakat lebih memilih menggelar resepsi di rumah. Dengan nuansa yang lebih sederhana.

Nur Rofiq, salah seorang penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon mengakui di Bulan Syawal ini, jumlah pendaftaran pernikahan mengalami peningkatan. Hal ini tak lepas dari tradisi masyarakat Cirebon yang meyakini bulan syawal sebagai bulan yang baik untuk menggelar pernikahan.

“Bulan bulan sebelumnya, 1 bulan paling cuma 20 pasangan. Tapi kalau Bulan Syawal bisa naik 100 persen. Dari masuk Bulan Syawal sampai dengan tanggal 26 Mei atau 14 Syawal, sudah ada 31 pasangan yang akan menikah,” ungkapnya.

Pada Bulan Syawal tahun ini, masyarakat banyak yang memilih untuk menggelar pernikahan secara sederhana. Pernikahan biasanya digelar di rumah atau di tempat ibadah. Atau bahkan digelar langsung di kantor KUA.

“Kebanyakan digelar di rumah sendiri atau masjid. Itupun dengan sangat sederhana dan mematuhi protokol kesehatan. Yang digelar di gedung gedung masih jarang,” paparnya.

Senada dengan Nur Rofiq, Sekretaris Attaqwa Centre Kota Cirebon, Drs HM Utsmani MHi menerangkan  meskipun Bulan Syawal identik dengan pernikahan, namun nyatanya belum berdampak terhadap peningkatan jumlah resepsi yang digelar di Gedung Islamic Centre sejak pandemi Covid merebak tahun lalu.

Sebelum adanya pandemi, kata Utsmani Gedung Islamic Centre merupakan salah satu tempat favorit masyarakat menggelar resepsi pernikahan. Pada saat Bulan Syawal, gedung pertemuan yang mampu menampung 500 tamu tersebut hampir selalu full booked. Khususnya untuk hari Sabtu dan Minggu. Tapi saat ini kondisinya jelas berbeda.

“Kalau sekarang, sampai dengan akhir Bulan Mei hanya ada 2 resepsi yang terkonfirmasi digelar di sini. Kalau dibanding tahun tahun sebelumnya, jumlahnya sangat jauh berkurang,” ungkapnya.

Ia menduga, berkurangnya masyarakat yang menggelar resepsi pernikahan disebabkan karena kekhawatiran akan berubahnya regulasi yang bisa terjadi sewaktu waktu. Masyarakat pun lebih memilih menunda resepsi pernikahan sambil menunggu kepastian akan kondisi pandemic Covid-19 yang lebih aman.

“Memang kebanyakan masih belum siap kalau sewaktu waktu aturanya berubah lagi. Misalnya, ketika semuanya sudah dipersiapkan, tapi ketika akan dilaksanakan, aturanya berubah. Sehingga acaranya harus dibatalkan. Itu yang banyak orang belum siap,” ungkapnya.

Namun demikian, pihak Attaqwa Centre sendiri telah mengantisipasi dengan memberlakukan protokol kesehatan yang ketat. Seperti pembatasan jumlah pengunjung dalam satu waktu, kewajiban menggunakan masker dan juga pengecekan suhu kepada setiap tamu yang akan masuk.

“Dari sisi kunjungan, kami akan bekali dengan kalung khusus tamu yang jumlahnya 50 persen saja dari kapasitas. Bukan berarti undangan hanya dibatasi sekitar 250 orang saja, tapi itu merupakan kapasitas maksimal dalam satu waktu,” jelasnya. (awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: