Polisi Hentikan Peringatan Tragedi Tiananmen
HONGKONG-Penduduk Hongkong bergeming. Mereka tetap turun ke jalan meski pemerintah melarang peringatan tragedi di Tiananmen Square 32 tahun lalu. Pemerintah Hongkong mengerahkan 7 ribu petugas kepolisian untuk berjaga dan menghentikan massa. Mereka beralasan acara tidak bisa digelar karena sedang pandemi. Padahal, penularan Covid-19 di Hongkong terbilang sangat rendah. Selain itu, sudah sebulan ini tidak ada penularan lokal yang tidak terlacak.
Untuk menghentikan acara, polisi menangkap pengacara sekaligus aktivis prodemokrasi Chow Hang Tung. Seorang pria 20-an tahun juga ditahan karena mengunggah penyelenggaraan acara aksi yang dinilai melanggar hukum itu.
”Pernyataan mereka di dunia maya melibatkan ajakan kepada orang lain untuk berpartisipasi menghadiri kegiatan publik yang dilarang,” ujar Inspektur Polisi Senior Law Kwok-hoi seperti dikutip BBC. Chow di lain pihak sudah tahu dirinya bakal ditahan. Sebab, tahun lalu pun dia diproses hukum karena masalah yang sama.
Meski termasuk bagian dari Tiongkok, selama ini Hongkong memiliki kebebasan yang tidak bisa dirasakan wilayah lainnya. Selama puluhan tahun penduduk Hongkong memperingati insiden kebrutalan militer Tiongkok yang terjadi pada 3–4 Juni 1989. Saat itu, ratusan atau bahkan mungkin ribuan orang tewas. Acara peringatan serupa terlarang di daratan utama Tiongkok. Namun, kini status Hongkong sebagai satu-satunya wilayah yang boleh menyelenggarakan aksi tersebut terancam berakhir.
Jumat (4/6), massa tidak menggelar acara di Victoria Park seperti biasanya. Polisi menjaga sebagian besar area taman tersebut. Identitas para pejalan kaki dicek satu per satu. Mereka juga memperingatkan bahwa siapa pun yang ikut aksi bisa terancam hukuman 5 tahun penjara. Meski begitu, ratusan orang tetap hadir dan berjalan di sekeliling taman sambil menyalakan lilin maupun telepon genggamnya.
Dulu jumlah massa yang hadir bisa mencapai puluhan ribu orang. Tahun lalu jumlahnya masih mencapai ribuan orang. Tapi karena acara tahun lalu itu, 20 orang aktivis ditangkap dan diproses hukum.
Aksi peringatan juga terjadi di beberapa negara lainnya. Misalnya, Australia dan Taiwan. Taipei mendirikan tempat peringatan sementara agar orang-orang bisa menaruh bunga guna mengenang mereka yang meninggal dalam tragedi tersebut. Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan mendukung mereka yang mendampingi para korban dan mengungkap kebenaran.
”Kita tidak boleh berhenti mencari kejelasan pada peristiwa hari itu, termasuk pertanggungjawaban penuh dari semua yang terbunuh, ditahan, atau hilang,” bunyi pernyataan Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Associated Press. (jp)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: