Roberto Mancini, Italia Kekinian
Oleh: Kurniadi Pramono
BANYAK yang menyangsikan, apakah Italia memang sudah berubah di tangan pelatih Roberto Mancini! Faktor rekor tanding tidak digubris, kendati dari situ sudah terfokus bagaimana sesunggunya Italia kekinian. Dulu, kemenangan (atau kekalahan) Italia didominasi skor tipis 1-0 atau 1-2. Italia mensyukuri cuma menang 1 gol, seperti sebatang jarum kecil yang menancap di jantung lawan. Dan sebaliknya, pihak lawan pun mensyukuri 1 atau 2 gol ke gawang Italia. Istilah parodinya, lumayan daripada lumanyun.
Sekadar flash back. Penjaga gawang Walter Zenga, gawangnya tetap steril lebih dari 500 menit waktu normal 5 pertandingan di putaran final Piala Dunia 1990. Dan Italia cuma mencetak 7 gol dari 5 pertandingan sebelum semifinal.
Satu-satunya pemain yang bisa menjebol gawang Zenga cuma Claudia Chanigia (Argentina) di semifinal. Seluruh dunia setuju mengusung Italia sebagai tim dengan pertahanan terbaik. Catenaccio numero uno, kendati kala itu Italia dipaksa puas dengan predikat perunggu, peringkat ketiga!
Dalam satu sesi wawancara dengan televisi Indonesia baru-baru ini, Roberto Mancini dengan gaya kalemnya mengatakan, pada intinya ia tengah membangun sesuatu yang baru untuk Italia. Dan tentu saja ia butuh waktu untuk menentukan apakah yang dilakukannya itu bisa dinilai berhasil atau gagal.
Legenda hidup klub Sampdoria yang banyak malang melintang dengan berbagai warna jersey, baik sebagai pemain atau pun sebagai pelatih itu, jelas sudah melakukan perubahan. Menyaksikan gaya bermain Azzurri tatkala \"membungkus\" Turki 3 gol tanpa balas di pertandingan awal Euro 2020 lalu, cukup menjadi alasan bagi siapa pun untuk menyadari Italia tengah dan sudah berubah.
Manajer legendaris Spanyol, Vicente del Bosque bahkan sudah mengatakan itu jauh hari. \"Banyak yang tidak peka perubahan itu,\" kata pelatih berkumis pisang ambon itu seolah meminta maklum.
Melanjutkan trend-nya di Euro 2020 ini, Italia akan memainkan termin yang kedua melawan Swiss. Mancini akan lebih leluasa melanjutkan perubahannya di laga penutup penyisihan Grup A melawan Wales, jika dini hari nanti WIB, skuter antik Giorgio Chiellini dkk bisa memastikan 3 poin tambahan dari Swiss.
Swiss sendiri baru mendapat uang saku 1 poin dari hasil draw melawan Wales, akhir pekan lalu. Tim binaan pelatih berkarakter Vladimir Petkovic itu, pasti menerima order untuk bermain dengan determinasi tinggi melawan tim seperti Italia. Hanya saja, banyak pemain Swiss kerap kali kehilangan fokus tanding dalam 30 menit terakhir, kemungkinan karena stamina yang drop.
Sebagai contoh, Xherdan Shaqiri, di klubnya Liverpool jarang mendapatkan posisi di starting eleven. Shaqiri cuma diturunkan oleh Juergen Klopp biasanya di pertengahan babak kedua. Dalam laga awal melawan Wales, Shaqiri yang main sejak menit awal, terlihat limbung dan sering kehilangan bola. Level seperti ini tentu akan jadi makanan empuk untuk tim sekelas Italia, yang kesannya semakin berkeringat akan semakin bertenaga bagaikan performa mesin diesel. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: