Inggris vs Skotlandia, Lupakan Sindrom Next Time!
Oleh: Kurniadi Pramono
SEJAK memenangi Piala Jules Rimet 1966, Inggris yang diakui sebagai negeri dedengkot pencipta (aturan) dasar sepak bola, tidak pernah lagi mendapat trofi internasional sebagai juara dunia atau sebagai juara Eropa.
Bahkan, tatkala begitu yakin akan memenangi Euro 1996 di rumah sendiri, dengan tagline romantis “Football Come Home” malah trofi terbang ke Jerman.
Dengan sederet fakta interval dua tahunan gagal maning gagal maning di World Cup dan Euro, khalayak kemudian seringkali mengolok bahwa Inggris tengah dikutuk penyakit sindrom next time.
Kesempatan terbaik Inggris adalah ketika manajer Bobby Robson dengan tim emas generasi Garry Lineker. Namun sayang, Inggris dicopet Argentina dengan gol tangan Tuhan Maradona pada perempat final Piala Dunia Meksiko 1986.
Inggris malah babak belur di penyisihan Euro 1988, dihajar Irlandia, Belanda dan Uni Soviet (sekarang Rusia).
Berangkat dengan tim yang lebih solid bersama Si Badut Paul Gascoigne ke World Cup Italia 1990, Inggris kalah dramatis dari Jerman di adu penalti pada babak semifinal.
Salah satu partai klasik terbaik sepanjang masa, dikenang rakyat Inggris sebagai episode Tetesan Air Mata di Kota Turin.
Kini, setelah sekian kali berlapis generasi dan berganti beberapa pelatih (termasuk manajer asing dari Swedia Sven Goran Eriksen dan asal Italia Fabio Capello), tim Tiga Singa kembali ditempatkan sebagai favorit di tangan pelatih elegan, Si Hidung Betet Gareth Southgate.
Tidak salah, walaupun awalnya dihujani cemoohan, kini tak ada lagi yang berani membuli Inggris setelah mereka tampil luar biasa di Piala Dunia Rusia 2018 lalu.
Dimulai dengan issue panas perang diplomatik dengan Rusia, toh Inggris akhirnya mencapai semifinal pertama Piala Dunia dalam 28 tahun terakhir. Sayang, Inggris tersadung Kroasia 1-2.
Akhir pekan lalu di Stadion Wembley, Inggris sukses membalas Kroasia dengan kemenangan tipis 1-0.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: