Libatkan Ilmuwan Atasi Pandemi, Anis Matta soal Banyaknya Varian Baru Covid-19
JAKARTA- Ketua umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan virus Corona (Covid-19) terus memberikan kejutan varian-varian baru yang lebih ganas dan mematikan dalam beberapa waktu ke depan. Karena itu ia berharap para saintifik dapat memberikan panduan (guidance) kepada negara maupun publik, bagaimana cara tepat menghadapi pandemi Covid-19 ini.
“Kita saat ini menghadapi ketidaktahuan, kita mendapatkan kejutan-kejutan baru Covid-19. Di sinilah perlunya ada guidance dari para saintifik yang sekaligus berfungsi melawan disinformasi soal varian-varian baru itu,” kata Anis Matta saat memberikan pengantar diskusi Gelora Talks dengan tema Benarkah Varian Baru Virus Covid-19 Makin Ganas?, Selasa (6/7).
Diskusi virtual ini menghadirkan narasumber, Spesialis Mikrobiologi Klinik dan Kedokteran Regenerasi dr Rina Adeline, dr SpMK MKes, ABAARM, Pakar Epidemiologi Kesehatan, Kaprodi Magister-Fakulttas Kesehatan Masyarakay (FKM) Universitas Indonesia (UI) Dr dr Helda, MKes, dan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr Daeng M Faqih SH MH.
Menurut Anis Matta, negara harus memberi ruang yang lebih besar kepada para saintifik untuk mengatasi pandemi Covid-19 saat ini. Sehingga negara diberikan panduan dalam mengambil keputusan. “Para saintifik dapat berpartisipasi dengan memberikan guidance kepada publik tentang semua kejutan-kejutan baru yang kita saksikan setiap hari ini. Sebenarnya gelombang Covid-19 masih berapa lama?” katanya.
Spesialis Mikrobiologi Klinik dan Kedokteran Regenerasi dr Rina Adeline dr SpMK MKes ABAARM, mengatakan varian Delta dari India memiliki daya infeksi dan transmisi yang lebih besar. “Virusnya mampu menginfeksi lebih besar dan terus melakukan bentuk mutasi baru. Virus ini bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan dan bisa diketahui kalau test antara antigen dan PCR dilakukan bersamaan,” kata dr Rina Adeline.
dr Rina Adeline berharap pemerintah terus memperluas program vaksinasi dan mempercepat target ‘herd immunity’ tercapai. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menerapkan protokol kesehatan dan menggunakan masker dua lapis agar tidak terpapar varian baru. “Ada slogan dari Banyumas yang bisa dicontoh, lebih baik agak susah nafas, dari pada hilang nafas,” katanya.
Pakar Epidemiologi Kesehatan UI Dr dr Helda MKes mengatakan para ahli epidemiologi sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan pemerintah dan masyarakat mengenai pandemi Covid-19 belajar dari berbagai kasus pandemi sejak tahun 1854 lalu.
“Kita sudah persiapkan bagaimana pengendalian penyakit ini, sebelum ada varian dari India. Mahasiswa kita, banyak di daerah sudah bersiap-siap untuk mengendalikan apabila akses bandara dan pelabuhan ditutup. Tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena kebijakannya lain,” kata Helda.
Ketua Umum PB IDI Dr Daeng M Faqih SH MH sependapat dengan pernyataan dr Rina Adeline dan dr Helda. Daeng mengatakan perlu ada dua strategi yang menjadi skenario terbaik untuk menghadapi loncatan lonjakan kasus Covid-19 saat ini.
“Perlu ada dua strategi, yakni dari hilir dan hulu. Di hilir menambah kapasitas pelayanan, sehingga semua masyarakat yang terinfeksi terlayani. Sedangkan di hulu melakukan pendisiplinan protokol kesehatan dengan sanksi yang tegas seperti di Amerika dan Singapura,” kata Daeng.
Jika dua strategi tersebut, IDI lanjut, Daeng yakin lonjakan kasus Covid-19 seperti sekarang bisa dikendalikan. “Jika strategi hilir dan hulunya secara simultan dan komprehensif, maka pengendalian lonjakan seperti sekarang ini Insya Allah bisa berhasil,” tegas Daeng Faqih. (rls/rc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: