”Habis Gelap Terbitlah Gelap”

”Habis Gelap Terbitlah Gelap”

KESAMBI – Kemelut di tubuh IAIN Syekh Nurjati belum juga berakhir. Sejumlah guru besar IAIN Syekh Nurjati meminta agar semua pihak terkait di kampus, mau bersabar menunggu rektor definitif yang ditetapkan presiden. Karenanya, tidak perlu membuat spanduk-spanduk yang sifatnya mendahului. “Teman teman bersabar. Jangan tergesa-gesa menimbulkan opini. Apalagi sampai banjir spanduk ucapan selamat di kampus, kelihatan politisnya,” ujar Guru Besar Prof Dr H Abdullah Ali MA, Minggu (31/10). Kemudian, kata Ali, adalah sebuah langkah cerdas Menag hanya memberikan SK PgS rektor kepada Prof Dr H Maksum Muhtar MA, menggantikan PgS sebelumnya Prof Dr H Moh Matsna MS. Karena rektor sadar betul reaksi yang mungkin muncul menyikapi Peraturan Pemerintah (PP) No 66 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 24 Tahun 2010. Terutama yang memuat poin tentang Pengangkatan dan Pemberhentian rektor oleh menteri. “Yang dilakukan Kemenag kemarin memberikan SK PgS kepada pejabat baru tidak lebih dari kompensasi, karena dia sudah di SK kan sebagai rektor, namun belum dilantik menjadi rektor. Bukan tidak ada persoalan, karena itu terjadi di detik-detik terakhir. Akhirnya SK yang keluar PgS,” terangnya kepada koran ini saat dihubungi koran ini. Terakhir, lanjut Ali, diperoleh kabar Rapat Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) se-Indonesia keberatan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 66 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No 24 Tahun 2010 terutama yang memuat poin tentang Pengangkatan dan Pemberhentian rektor oleh menteri. Keberatan ini sangat rasional karena bukan tidak mungkin unsur politis akan masuk pada pemilihan rektor PTN, mengingat tidak jarang latar belakang menteri terkait berasal dari partai politik. “Kalau untuk Pak Menag saya yakin tidak politis. Tapi kan di bawah ada staf, biro, ada dirjen, ada sekjen yang punya peluang untuk itu. Terbukti Menag cerdas tidak melantik rektor definitif, kalau gak cerdas mungkin sudah dilantik,” ungkapnya. Ali yang mengaku baru kemarin bertemu langsung dengan Menteri Agama RI Suryadharma Ali ini juga menyampaikan, dalam tahapan pemilihan rektor IAIN kemarin, Menag sepertinya tidak banyak tahu hasil penilaian guru besar. Dan, kepada rekan, orang, pribadi, ataupun pergerakan, dosen, mahasiswa dapat terus ikut mengawasi, mengikuti perkembangan yang ada. “Saya sudah bertemu langsung dengan Menag, sepertinya rekomendasi guru besar belum terbaca. Artinya rektor yang definitif masih bisa siapapun,” bebernya. Senada, Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof Dr Abdus Salam menilai seharusnya semua pihak bisa menunggu keputusan definitif. Tidak perlu membuat suasana kampus menjadi tidak kondusif, dan menjadi keruh di tingkat bawah. Karena yang membuat keputusan definitif adalah presiden. “Jangan buat suatu aksi yang seolah-olah sudah pasti. Spanduk-spanduk itu justru membuat keruh,” tandasnya. Sikap para guru besar ini ditunjukkan setelah melihat banyak spanduk bertebaran di kampus yang isinya ucapan selamat kepada rektor definitif pertama IAIN Syekh Nurjati Prof Dr H Maksum Muhtar MA. Sementara itu, Direktur Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Prof Dr H Adang Djumhur Salikin MAg berpendapat, pemilihan rektor IAIN Syekh Nurjati tidak ubahnya perumpamaan dari habis gelap terbit lagi gelap. Proses pemilihan rektor pun, yang tiba-tiba diambil Kementerian Agama tetap diikuti, meski dibarengi dengan segudang pertanyaan alasan pemilihan rektor diambil oleh kementerian agama. Padahal baik statuta, ortaker, maupun senat sudah ada. Pertanyaan berikutnya adalah apa alasan mengganti PgS dengan PgS baru, bukan dengan definitif. “Pertanyaannya kemudian, kenapa Kemenag tidak mau meng-SK kan senat yang ada. Sejak saat itu sebenarnya sudah skeptis menyikapi pemilihan rektor. Tapi kita ikut aturan saja, karena semata demi korps. Belakangan justru setelah seleksi, hasilnya semakin gelap,” ungkapnya. (hen)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: