Butuh Satgas Tingkat RW, 24 Jam Nonstop

Butuh Satgas Tingkat RW, 24 Jam Nonstop

Untung ada Tim Kesehatan Ponpes Al-Bahjah, Cirebon. Begitu bergerak cepat ke rumah. Tim di bawah asuhan Buya Yahya inilah yang memberikan pertolongan pertama. Walaupun nyawa istri saya tidak tetap terselamatkan. Tapi saya, keluarga, dan Tim Al-Bahjah sudah berikhtiar. Kehendak Allah SWT berkata lain, harus kami terima.

Saya tidak dalam rangka mengeluh. Sekadar pengalaman pribadi menjalani isolasi mandiri. Biar menjadi pelajaran bagi saya dan keluarga. Pengalaman ini pula yang mendorong untuk mengajak memperbaiki pelayanan penanganan Covid-19. Baik kepada Satgas Covid-19 bentukan pemerintah, juga ke relawan. Terutama pelayanan terhadap mereka yang isoman. Ada beberapa usul yang ingin saya sampaikan:

Pertama, bentuklah satgas hingga ke RW-RW untuk di kota. Atau di desa untuk kabupaten. Ini benar-benar kerja sosial.

Kedua, satgas di tingkat RW atau desa itu bekerja 24 jam. Bergiliran. Tidak boleh kekosongan. Harus siaga setiap saat.

Ketiga, personal satgas bisa siapa saja. Kalau ada, butuh satu tenaga kesehatan. Tak harus dokter. Cukup perawat. Atau setidaknya yang mengerti tentang pertolongan pertama. Juga aparat keamanan untuk menegakkan prokes. Melibatkan relawan, lebih baik.

Keempat, harus ada poskonya. Tak boleh di rumah masing-masing. Tujuannya agar bagi siapa saja yang membutuhkan pertolongan, jelas tempat yang dituju. Dan jelas kontak personya. Tak perlu harus menggedor rumah pak RW atau pak RT. Saya usul, tempat yang paling strategis adalah masjid. Di setiap RW ada masjid. Apalagi di masjid, sudah biasa menjadi pusat kegiatan umat.

Kelima, tugas Satgas pertama-tama adalah memetakan dan mendata warga RW. Data yang dibutuhkan adalah berapa warga usia lanjut  dan yang memiliki penyakit bawaan. Dua-duanya rentan Covid-19. Ini penting untuk melindungi mereka. Karena kematian terbesar karena Covid-19 didominasi oleh lanjut usia dan berpenyakit bawaan. Lanjut usia dan komorbid, ini pulalah yang harus memperoleh kesempatan pertama pertolongan di rumah sakit.

Tugas lain yang juga penting adalah mendata siapa dan di mana saja orang yang melakukan isoman. Mencatat perkembangannya. Memastikan kebutuhan terpenuhi. Juga melakukan pertolongan pertama jika terjadi sesuatu.

Keenam, tugas yang juga penting adalah menegakkan protokol kesehatan. Karena ini sangat penting untuk mencegah penularan. Apalagi penularan ini sudah di skala keluarga, maka pencegahan di tingkat paling bawah kita sangat penting.

Ketujuh, dalam satgas itu kalau berkemampuan, menyertakan tim pemulasaran jenazah prokes Covid-19. Di At Taqwa di bawah arahan DR Ahmad Yani sudah ada. Saya sangat tertolong oleh Tim ini. Begitu cepat menangani jenazah istri saya. Tinggal tim ini dibentuk hingga ke RW.

Ini beberapa usul dari saya. Mungkin bisa juga mendengarkan masukan-masukan yang lain. Tapi, Satgas Covid 19 yang siaga 24 jam nonstop di tingkat RW, amat dibutuhkan. Setidaknya ada dua tugas mulia sekaligus. Melakukan pertolongan pertama dan pencegahan. Saya yakin, perasaan yang sedang isoman pun akan tenang karena ada yang menjaga 24 jam. Ketenangan sangat dibutuhkan bagi yang isoman.

Soal anggaran, saya kira sangat terukur. Jika dianggap berat, libatkan relawan dan masyarakat sekitar. Orang baik dan dermawan masih sangat banyak. Tinggal bagaimana kita mengajak dan merangkulnya. Saya kira, walau kita dalam badai yang sama, di kapal yang berbeda, tapi kita masih bisa bekerja sama. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: