Ciherang Desa Pembungkus Gorengan

Ciherang Desa Pembungkus Gorengan

KADUGEDE - Desa Ciherang Kecamatan Kudugede tidak akan dianggap istimewa apabila warga tidak bisa memanfaatkan limbah kertas menjadi bungkus gorengan. Dari barang yang dianggap sampah itu warga desa bisa menggantungkan hidupnya dari usaha ini. Mungkin selama ini banyak yang tidak menyangka bahwa bungkus gorengan diproduksi di desa yang berpenduduk 4.600 jiwa itu. Dari desa yang terletak bagain selatan Kuningan bungkus gorengan melanglangbuana ke berbagai derah di nusantara. “Permintaan bungkus gorengan naik terus. Kini, yang menggeluti usaha ini terus bertambah, yang awalnya hanya belasan kini menjadi puluhan,” kata Nokyati yang merupakan generasi kedua yang melanjutkan usaha ini kepada Radar, kemarin (5/9). Menurut dia, yang menggantungkan hidup dari usaha ini hampir tiga desa. Tidak ada ibu-ibu yang menghabiskan waktu sia-sia di tiga desa itu. Mereka tiap hari membuat bungkus gorengan dengan upah Rp30/lembar. Dalam sehari warga mampu membuat antara 1.000 hingga 3.000 lembar bungkus gorengan. Mereka hanya mengerjakan saja sedangkan kertas dan perekat diberikan oleh pemilik usaha. “Saya akan terus menggeluti usaha ini karena bukan hanya saya bisa menikmati namun seluruh warga,” ucap Nok yang dibenarkan suaminya Dedi Kusneadi. Dikatakan, ukuran bungkus gorengan pun disesuaikan dengan kebutuhan ada yang ukuran kecil, sedang dan besar. Untuk harga  disesuaikan dengan bentuk. Mengenai bahan baku tidak sulit diperoleh karena banyak yang menjual baik dari masyarakat atau dari pengepul dengan harga  bervariasi mulai Rp2.000-2.600/Kg. Kebanyakan bahan yang digunakan merupakan kertas HVS dan polio. Selain memenuhi pasar lokal, bungkus gorengan ini kebanyakan dikirim ke ibu kota. Untuk satu kali kirim bisa mencapai 1.000 ikat dan apabila diuangkan mulai dari Rp9 juta hinggga Rp15 juta karena tergantung ukuran. Biasanya dari agen di Jakarta dijual kembali ke berbagai pasar di nusantara. Sehingga produk Kuningan itu bukan hanya ke Jakarta tapi sudah menyebar. Pihaknya lanjut dia, lebih memilih menjual ke agen karena sudah punya konsumen tetap. Ia  bisa langsung ke pasar namun agar tidak ada permainan harga lebih baik di atur sama agen. “Jangan salah meski limbah kalau memang kertasnya kotor dan warnaya berbeda kami tidak akan buat bungkus. Dalam usaha pembungkus makanan kebersihan nomor satu,” pungkasnya.(mus)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: