Tak Tahu Kapan Corona Selesai, Menkes: Banyak Orang Bikin Prediksi, tapi Tak Pernah Benar
JAKARTA- Hingga saat ini belum dapat diketahui kapan pandemi Covid-19 akan berakhir. Disiplin protokol kesehatan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas), dinilai dapat menekan angka penularan corona di Indonesia.
“Banyak orang bertanya ke saya kapan pandemi ini akan berakhir. Saya terus terang nggak tahu. Kalau saya lihat banyak orang bikin prediksi. Tetapi nggak pernah ada yang benar juga,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Senin (26/7).
Menurutnya, pandemi ini dapat berakhir tergantung dari disiplin tiap-tiap individu. Jika semua orang disiplin, otomatis virus ini akan makin menurun penularannya. “Yang masuk ke rumah sakit makin sedikit. Yang wafat juga sedikit. Dokter dan perawat akan makin ringan bebannya,” tutur Budi.
Budi mengatakan, Indonesia telah jatuh bangun berpuluh kali dan selalu mampu menghadapinya. Dia meyakini kali ini bangsa Indonesia pun mampu mengatasi pandemi. Asal dilakukan bersama-sama.
“Bangsa Indonesia 75 tahun merdeka. Itu sudah jatuh bangun beberapa puluh kali. Tetapi selalu kita bisa bangun kembali. Bangsa Indonesia itu sudah menghadapi kesulitan yang jauh lebih rumit dari ini. Kita nggak pernah putus asa. Selalu bisa mengatasi. Kuncinya kita melakukan bersama-sama,” tegasnya.
Dikatakan, pemerintah tidak bisa sendirian melawan corona. Pandemi, lanjutnya, bisa selesai dengan andil seluruh lapisan masyarakat. “Kita tidak bisa saling menyalahkan dan saling menuduh. Mari kita menggabungkan semua energi sosial untuk mengatasi pandemi ini,” tandasnya.
Masih kata menkes, masih ada sebagian masyarakat yang berpandangan corona adalah aib. Ada yang bergejala, namun tidak mau melaporkan pemeriksaan atau ke rumah sakit. Ada pula yang beranggapan virus ini adalah aib. Sehingga jika ada orang yang terinfeksi malah dijauhi.
“Saya juga dapat masukan banyak yang isolasi mandiri meninggal dunia. Penyebabnya banyak. Bukan hanya karena tidak diterima di rumah sakit. Rupanya orang yang sakit di sejumlah daerah, masih dianggap sebagai orang yang ternoda, terhukum atau orang yang tidak baik perilakunya,\" kata menkes.
Dampaknya, mereka yang terpapar Covid-19 enggan atau malu untuk menjalani tes. Selain itu, orang yang terpapar tidak mau lapor. “Sebab, ada beban sosial. Padahal sakit Covid-19 itu bukan aib. Justru kalau ada saudara kita sakit, harus dibantu. Jangan dianggap aib. Kasihan. Nanti justru tidak mau lapor, telat masuk rumah sakit dan kematian menjadi tinggi,” terang Budi.
Dia meminta masyarakat yang sudah bergejala Covid-19 segera lapor ke rumah sakit, puskesmas atau dokter. Tujuannya agar segera dites dan ditangani secara cepat. “Supaya bisa tahu level keparahannya seperti apa. Mudah-mudahan dengan itu bisa mengurangi kematian,\" tutupnya. (rh/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: