Tiga Sungai Rawan Abrasi

Tiga Sungai Rawan Abrasi

MAJALENGKA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka menilai Sungai Ciwaringin, Cimanuk, dan Sungai Talaga memang rawan abrasi. Sehingga warga yang rumahnya dekat bantaran sungai tersebut kapan pun bisa ikut tergerus. Kepala Pelaksana BPBD Majalengka BPBD Ir Bayu Jaya mengaku, sudah semaksimal mungkin berusaha mengantisipasi ancaman abrasi susulan dengan melayangkan proposal kepada Pemprov Jawa Barat maupun Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Namun sampai saat ini belum juga ada realisasi perbaikan. Terkait dengan abrasi Sungai Ciwaringin, katanya, memang sudah sangat parah. Pasalnya, hampir sepanjang sungai tersebut daratannya tergerus. Tidak hanya pemukiman di Desa Prapatan dan Panjalin Kidul, Kecamatan Sumberjaya yang terancam terkena abrasi susulan. “Di sepanjang aliran Sungai Ciwaringin, wilayah Majalengka bagian timur (perbatasan Cirebon, red) beberapa di antaranya juga kondisinya menghawatirkan,” jelas Bayu, saat ditemui di kantornya di Jl Koperasi No 43 Majalengka, kemarin (6/9). Aliran Sungai Ciwaringin ini, lanjutnya, juga bisa mengancam rumah penduduk yang berada di bantarannya di wilayah Kecamatan Leuwimunding dan Rajagaluh. Pemukiman penduduk yang berada di tebing itu kondisinya memang memprihatinkan. Satu sisi pihaknya sudah melaporkan dan mengusulkan adanya tindakan kongkret dari pemprov, namun BPBD sendiri tidak mempunyai kewenangan untuk memperbaikinya, hanya sebatas tanggap darurat bila telah terjadi bencana atau abrasi. “Sebelumnya memang sudah kami tanggulangi sementara melalui penyediaan bronjong serta bantuan berupa sembako untuk masyarakat. Kalau perbaikan secara keseluruhan bukan tanggung jawab pemda,” terangnya. Ditambahkan, tiga tahun sebelumnya pihak pemdes dan pemcam serta pemkab sebetulnya sudah mengusulkan proposal. Namun demikian, perbaikan secara total dan pemanen ditunda akibat diduga banyak bencana di luar Jawa. Terlebih peristiwa bencana struktur pergerakan tanah di Dusun Cigintung, Desa Cimuncang, Kecamatan Malausma mengharuskan PemprovJabar mendahului perbaikan dusun itu. “Kami mengusulkan proposal lebih dahulu sebelum peristiwa Cigintung. Namun mungkin karena ini menyangkut jiwa manusia, makanya Dusun Cigintung lebih didahulukan. Bukan memprioritaskan Cigintung, tapi mungkin ini keputusan dari instansi terkait, karena menyangkut korban yang sebagian sudah berada di luar,” imbuhnya. Lebih lanjut, kata Bayu, sejatinya banyak yang harus berbuat masalah abrasi di sepanjang aliran sungai di wilayah Majalengka. Seperti halnya BBWS harus secepatnya bertindak jangan hanya mengklaim kepemilikannya saja. Pihaknya juga memaklumi kalau respons pemerintah pusat lebih memilih Cigintung karena dinilai lebih parah. Namun demikian, pihaknya menilai, jika suatu bencana alam merupakan prioritas semua. “Di sisi lain kita tidak bisa berbuat banyak. BBWS serta peran dari pemprov harus secepatnya merespons melihat kondisi sudah semakin memprihatinkan apalagi menjelang musim penghujan,” tegasnya. Terpisah, Kepala Desa Prapatan Muga mengakui, bahwa pemda sudah menanggulangi pasca abrasi tiga tahun lalu melalui pemberian bronjong. Namun sarana sementara itu tidak bisa maksimal karena volume aliran sungai terus menghantam bronjong tersebut. “Hanya bertahan maksimal 1,5 tahun saja. Sekarang bisa dilihat sendiri, tetap saja tidak bisa menahan derasnya air ketika musim hujan. Solusinya harus dibuatkan tebing secara permanen,” harapnya. (ono)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: