Stok Kedelai Cukup, Harga Belum Turun

Stok Kedelai Cukup, Harga Belum Turun

*Perajin Tempe Mulai Produksi Kembali untuk Dijual Hari Ini MAJALENGKA – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Koperasi Usaha Kecil Menengah (Disperindag KUKM) Kabupaten Majalengka mencacat harga kedelai sudah mencapai Rp9.350 per kilogram. Dikatakan Kepala Bidang Perdagangan melalui Kasi Perdagangan Indra Takariyanto, mestinya harga kedelai sudah stabil karena berdasarkan sidak pada hari pertama perajin tahu tempe mogok produksi. Sebetulnya persediaan/stok kedelai di beberapa distributor maupun pasar tradisional termasuk cukup. Di Pasar Kadipaten, misalnya, disperindag mendapatkan informasi bahwa kedelai masih ada namun tidak dipasok ke para perajin. “Padahal untuk memenuhi kebutuhan produksi tahu tempe di Majalengka dinilai cukup. Mungkin karena adanya aksi mogok mengakibatkan para perajin tidak berani mengambil risiko sehingga keberadaan makanan tempe tahu menghilang,” ungkap Indra saat ditemui di ruang kerjanya, kemarin (11/9). Indra menegaskan, hingga hari ketiga aksi mogok produksi tidak terjadi adanya sweeping sejumlah pedagang seperti di sejumlah daerah. Namun demikian, pihaknya tetap mengantisipasi adanya oknum produsen nakal yang sengaja menimbun bahan baku. “Sampai saat ini kami belum menemukan oknum yang tidak bertanggung jawab. Adapun sejumlah produsen kedelai juga belum diketahui gulung tikar akibat mahalnya harga kedelai. Kami berharap hal ini tidak terus berkepanjangan,” harapnya. Terpisah, perajin tempe di Desa Cisambeng Kecamatan Palasah, H Maman Zulkarnain mengaku, sudah mulai berproduksi kembali. Hal itu terpaksa dilakukan mengingat kebutuhan mata pencaharian setiap harinya. Karena itu, untuk kebutuhan pendistribusian tempe ke sejumlah pedagang di beberapa pasar. “Kalau sekarang sih memang belum kami kirimkan. Insya Allah mulai besok (hari ini, red) sudah kami kirim karena untuk membuat tempe dibutuhkan proses satu hari,” jelasnya. Sementara itu, pantauan Radar di pasar tradisional Panjalin Kidul belum ditemukan keberadaan pedagang tempe. Hanya saja, pedagang menyiasati dengan menjual bungkil dage sebagai pengganti dari tempe. Danuri (45) misalnya dirinya terpaksa menjual makanan tersebut karena belum mendapatkan pasokan dari sejumlah perajin. Namun demikian, opsi Danuri ini cukup ampuh karena oncom (bungkil) dagangannya banyak dibeli oleh masyarakat. “Mungkin karena orang kampung jadi makannya harus sama tempe saja. Alhamdulillah cukup laku meski hanya oncom aja. Saya dapat oncom ini dari perajin yang masih beroperasi tetapi tidak membuat tempe karena hanya sisa ampasnya saja. Mudah-mudahan besok sudah bisa ada tempe dan tahu agar kami bisa berjualan lagi,” harapnya. (ono)   FOTO: ONO CAHYONO/RADAR MAJALENGKA TETAP LARIS. Pedagang tempe memilih menjual oncom dage daripada sama sekali tidak berjualan akibat terdesak oleh kebutuhan pendapatan setiap harinya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: