Penghapusan Transit di Jeddah Berpotensi Masalah

Penghapusan Transit  di Jeddah Berpotensi Masalah

JAKARTA - Kementerian Agama (Kemenag) menjalankan sistem baru urusan transportasi kepulangan jamaah haji dengan menghapus masa transit sekitar 24 jam di Jeddah. Sebagai gantinya, jamaah haji yang bergerak pulang dari Makkah langsung digiring menuju Bandara King Abdul Aziz. Jika tidak disiapkan sedini mungkin, sistem baru ini berpotensi menimbulkan banyak masalah. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Sesditjen PHU) Kemenag Cepi Supriyatna mengatakan, sistem baru ini membutuhkan pengaturan pergerakan jamaah haji dengan perencanaan waktu yang matang. \"Jika dilakukan asal-asalan, bisa terjadi penumpukan jamaah haji di pelataran pemondokan atau bahkan di bandara (King Abdul Aziz, red),\" kata dia. Hal itu disampaikan Cepi kepada 414 orang petugas haji daerah kerja (daker) Makkah Kamis malam lalu. Dia menuturkan, bahwa tahun ini beban tugas petugas haji khususnya di Makkah lebih berat. Cepi mengatakan, pemangkasan kuota haji bukan berarti membuat beban pekerjaan petugas haji semakin ringan. Cepi menuturkan, untuk mengatasi penghapusan sistem transit di Jeddah ini, setiap kepala regu atau kepala rombongan (karu dan karom) wajib melapor ke petugas haji maksmial tiga hari sebelum jamaah pulang dari Makkah. \"Tolong paparan teknis ini diperhatikan sebaik-baiknya,\" paparnya. Dia menuturkan, bahwa para karu dan karom wajib melaporkan kesiapan dokumen imigrasi jamaah haji sebelum pulang ke tanah air. Khususnya adalah kelengkapan paspor. Pemeriksaan paspor tiga hari sebelum kepulangan ini penting, karena untuk mengatasi jika ada kasus paspor hilang. Cepi menuturkan, jeda tiga hari itu bisa dipakai untuk pengurusan SPLP (surat perjalanan laksana paspor). Setelah dokumen imigrasi jamaah haji dicek, Cepi menuturkan, petugas wajib menenangkan jamaah haji. Dia mengatakan, setiap menjelang kepulangan jamaah haji selalu resah dan pingin cepat-cepat keluar dari pemondokan. \"Mereka umumnya sudah terbayang-bayang Monas (monumen nasional, red),\" papar Cepi lantas tertawa. Jika tidak diantisipasi, Cepi mengatakan, jamaah akan meluber ke pelataran pemondokan beberapa waktu sebelum diberangkatkan ke bandara di Jeddah. Jika terjadi kasus peluberan jamaah haji di pelataran pemondokan, pemerintah Indonesia selalu mendapat teguran dari kementerian urusan haji Arab Saudi. Potensi masalah lainnya adalah, jika pergerakan jamaah haji dari Makkah menuju bandara di Jeddah lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan. Bisa terjadi penumpukan di bandara King Abdul Aziz. Idealnya persiapan pemberangkatan dari Makkah menuju Jeddah dilaksanakan sekitar 10 jam sebelum penerbangan. Sebaliknya jika jamaah haji tidak segera diberangkatkan ke bandara King Abdul Aziz, pesawat bisa mengalami keterlambatan penerbangan. \"Tahun ini adalah tahun pertama penghapusan transit di Jeddah. Jadi harus diperhatikan dan diatur dengan tertib,\" ucap Cepi. Dia meminta petugas haji mulai awal sudah berkoordinasi dengan karu dan karom terkait penghapusan sistem transit di Jeddah itu. Sehingga secara berjenjang bisa disampaikan ke jamaah haji. (wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: