Persib Berpeluang Runner-up ISL
FIFA Kurangi Nilai Arema Cronous SORONG - Arema Cronous tengah mendapatkan ujian berat musim ini. Setelah mengunci posisi runner-up ISL musim ini, PT Liga Indonesia (PT LI) justru memberikan sanksi pengurangan tiga poin sebagai bentuk implementasi hukuman Komisi Disiplin (Komdis) FIFA. Poin yang sebelumnya sudah mencapai titik aman, 66 poin, kini menjadi 63 poin dan rawan disusul Persib Bandung dan Mitra Kukar. Hukuman itu merupakan tindak lanjut surat PSSI nomor 1825/UDN/1017/IX-2013 tertanggal 10 September 2013 tentang implementasi Keputusan Komisi Disiplin FIFA serta Circulars dari FIFA. Di dalamnya diterangkan bahwa Arema dijatuhi hukuman oleh Komisi Disiplin FIFA terkait permasalahan pemain atas nama Jean Landry Poulangoye (asal Gabon berpaspor Perancis yang gabung musim 2009/2010) berupa denda sebesar CHF 5.000 (sekitar Rp61 juta). Karena denda tersebut tidak segera dibayarkan, akhirnya serta hukuman tambahan berupa pengurangan 3 poin diberikan pengujung musim ini. Terkait sanksi tersebut, sekretaris Arema M Taufan menjelaskan, permasalahan Laundry bermula ketika pemain itu dicoret pada pertengahan musim 2009/2010. Namun sang pemain meminta kompensasi gajinya dibayar sampai tuntas. Artinya, sanksi musim ini diberikan atas permasalahan tiga tahun silam. \"Waktu itu yang mengurusi manajer (Mujiono Mujito) dan direktur (Siti Nurjanah). Dia cedera dan jarang turun. Tapi saya tidak ingat main berapa kali,\" ceritanya. Namun demikian, pemutusan kontrak Laundry yang tidak jelas membuat sang pemain melapor ke FIFA. \"Waktu itu Robert pelatihnya. Dia tidak berani mencoret langsung. Dan meminta manajemen yang memutus kontrak. Tapi mungkin, kontraknya yang tidak lengkap sehingga dia mempermasalahkannya,\" lanjut dia. Dari informasi yang dihimpun Jawa Pos (Radar Malang), sebenarnya FIFA sudah mengeluarkan sanksi kepada Arema di awal musim 2011/2012. Namun, saat itu Arema terpecah jadi dua. Satu di IPL dan satu lagi ISL. Awalnya, sanksi berupa denda diturunkan kepada manajemen Arema IPL. Karena PSSI mengakui kompetisi IPL. Tapi permasalahan itu tidak tuntas karena Arema IPL enggan membayar. Mengingat itu adalah tanggungan manajemen lama yang ada di ISL. Dan kini, ketika kompetisi Indonesia masih dalam proses perbaikan, sanksi itu justru ditujukan langsung ke Arema yang bermain di ISL. Karenanya, sempat beredar kabar kalau permasalahan Laundry sengaja dimunculkan kembali oleh pihak-pihak yang tidak suka dengan Arema. Tujuannya untuk menjegal tim Singo Edan gagal meraih posisi runner-up musim ini. Namun, manajemen Arema musim ini enggan berburuk sangka terkait kabar miring itu. Karena mereka hanya mengambil hikmah atas kejadian ini. \"Yang jelas, sekarang hikmahnya kami diakui FIFA sebagai Arema yang sah. Karena FIFA menurunkan sanksinya ke kami,\" kata General Manager Arema Cronous Ruddy Widodo. Sebelumnya, Arema sempat diragukan keabsahan legalitasnya. Karena Arema IPL lebih percaya diri diakui FIFA. Namun demikian, dengan sanksi itu, kini Arema Cronous yang berbalik lebih percaya diri. Apalagi musim depan ada penyatuan liga dari ISL dan IPL. Ketika ditanya terkait sanksi denda, manajemen Arema berjanji akan membayar denda itu secepatnya. Karena jika tidak dibayar, sanksi lebih berat akan diberikan kepada tim Singo Edan. Yaitu turun kasta ke Divisi Utama. \"Pasti akan kami bayar. Karena sebelumnya kami sudah dengan sanksi ini sekitar satu bulan lalu. Tapi waktu itu, Pak Jokdri (CEO PT Liga Indonesia) kebetulan mau ke Swiss dan berencana melobi untuk meringankan sanksi Arema. Ternyata tidak bisa,\" paparnya. Atas dasar itu, manajemen Arema Cronous kini belum berfikir melakukan banding. Karena operator liga saja yang melobi FIFA juga sudah gagal meringankan sanksi tersebut. (iw/fir)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: