Presiden Turki: Nasib Umat Manusia Tidak Boleh Diserahkan kepada Belas Kasihan Segelintir Negara Pemenang Pera

Presiden Turki: Nasib Umat Manusia Tidak Boleh Diserahkan kepada Belas Kasihan Segelintir Negara Pemenang Pera

KUNJUNGAN diplomatik ke Angola dimanfaatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menegaskan kembali komitmen negaranya  untuk memberikan dukungan kepada negara-negara di benua Afrika.

“Kami merangkul orang-orang di benua Afrika tanpa diskriminasi,” kata Erdogan, seperti dikutip kantor berita politik RMOL, Selasa (19/10).

“Hubungan Turki dengan orang-orang Afrika kembali ke abad ke-10. Fitur terpenting dari sejarah kita bersama adalah bahwa itu didasarkan pada rasa saling menghormati, ketulusan, kerja sama, dan persaudaraan,” ujarnya.

“Kita adalah bangsa yang tidak memiliki noda kolonialisme dan aib kolonialisme dalam sejarahnya. Selain itu, kita adalah negara yang mengobarkan Perang Kemerdekaan yang berakhir dengan kemenangan seabad yang lalu melawan kekuatan imperialis saat itu,” tegasnya.

Menekankan tentang adanya ketidakadilan dalam sistem global, Erdogan kembali menggemakan pernyataannya tentang ‘The World is Bigger than Five’, yang mengacu pada lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis.

“Nasib umat manusia tidak boleh diserahkan kepada belas kasihan segelintir negara yang memenangkan Perang Dunia II,” ujarnya.

Erdogan tiba di Angola pada Minggu (17/10), tujuan pertama dari tur empat harinya di Afrika, dan kemudian akan melakukan perjalanan ke Nigeria dan Togo. Kunjungan Erdogan ke Angola dan Togo akan menjadi kunjungan tingkat presiden pertama dari Turki ke negara-negara tersebut.

Kunjungan diplomatik ke Angola dimanfaatkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menegaskan kembali komitmen negaranya  untuk memberikan dukungan kepada negara-negara di benua Afrika.

Pernyataan tersebut disampaikan Erdogan ketika berbicara di Majelis Umum Parlemen Angola pada Senin (18/10) waktu setempat.

“Kami merangkul orang-orang di benua Afrika tanpa diskriminasi,” kata Erdogan, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Selasa (19/10).

“Hubungan Turki dengan orang-orang Afrika kembali ke abad ke-10. Fitur terpenting dari sejarah kita bersama adalah bahwa itu didasarkan pada rasa saling menghormati, ketulusan, kerja sama, dan persaudaraan,” ujarnya.

“Kita adalah bangsa yang tidak memiliki noda kolonialisme dan aib kolonialisme dalam sejarahnya. Selain itu, kita adalah negara yang mengobarkan Perang Kemerdekaan yang berakhir dengan kemenangan seabad yang lalu melawan kekuatan imperialis saat itu,” tegasnya.

Menekankan tentang adanya ketidakadilan dalam sistem global, Erdogan kembali menggemakan pernyataannya tentang ‘The World is Bigger than Five’, yang mengacu pada lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu AS, Rusia, China, Inggris, dan Prancis.

“Nasib umat manusia tidak boleh diserahkan kepada belas kasihan segelintir negara yang memenangkan Perang Dunia II,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: