Pemicu Invasi Iraq itu Berpulang karena Komplikasi Covid-19
AMERIKA - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell berpulang pada Senin (18/10). Politikus 84 tahun itu menderita komplikasi Covid-19. Kepergiannya menimbulkan duka mendalam, termasuk Presiden AS Joe Biden.
Biden memuji Powell sebagai seorang patriot dengan kehormatan dan martabat yang tak tertandingi. ”Pernah bertempur dalam perang, dia memahami lebih baik daripada siapa pun bahwa kekuatan militer saja tidak cukup untuk menjaga perdamaian dan kemakmuran kita,” ujar Biden.
Powell sejatinya sudah divaksin lengkap. Namun, dia didiagnosis memiliki multiple myeloma atau sejenis kanker darah, termasuk juga parkinson. Hal itu membuatnya lebih rentan terhadap Covid-19. Selama ini dia dirawat di Walter Reed Medical Center.
Semasa aktif, Powell menorehkan banyak prestasi dan juga kontroversi. Dia adalah menteri luar negeri pertama AS yang berdarah Afrika-Amerika. Dia diangkat pada 2001 di era mantan Presiden George W. Bush. Powell mendapat sorotan karena membantu menggalang dukungan untuk perang Iraq.
Pada Dewan Keamanan PBB Februari 2003, dia berargumen bahwa Iraq memiliki senjata pemusnah masal. Hal itu yang memicu invasi ke Negeri Seribu Satu Malam tersebut. Hingga saat ini, Iraq belum kembali ke masa kejayaannya. Setahun pasca argumennya, Powell mengakui bahwa data intelijen yang menjadi dasar penilaiannya mungkin salah. Tidak ada senjata pemusnah masal di Iraq.
Dulu Powell adalah pendukung Republik. Namun, sejak 2008 dia mengalihkan dukungan ke Demokrat.
Dia mendukung pencalonan Barack Obama, Hillary Clinton, hingga Biden. Selama lebih dari tiga dekade, Biden berada di Senat dan kerap berhubungan dengan Powell.
Dia memuji Powell sebagai sosok yang menempatkan negara di atas urusan lainnya. Hal itulah yang membuatnya dihormati rakyat AS.
Penghormatan terakhir juga diberikan oleh mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Dia menjadi inspirasi atas kesetiaan dan kehormatan.
”Hidupnya adalah bukti atas dedikasinya pada pelayanan publik serta keyakinan kuat untuk bekerja lintas partisan demi kepentingan negaranya,” tegas Blair seperti dikutip The Guardian. (sha/c17/bay)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: