Sebar KB Implant, Tekan Angka Kelahiran Ibu Hamil
MAJALENGKA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Barat terus mengupayakan agenda revitalisasi program kependudukan dan keluarga berencana (KKB). Salah satunya melalui kegiatan Pekan Gerakan Membangun Masyarakat Jawa Barat Tengah (Pekan Gebyar Jabar Tengah) yang berlangsung di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. Kepala BPMDPKB Kabupaten Majalengka H Rieswan Graha mengatakan Pekan Gebyar Jabar Tengah dimulai dari 23-30 September 2013. Acara yang dihelat dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Dunia yang akan jatuh pada 26 September 2013 mendatang, di samping road show juga merupakan agenda rutin BKKBN Jawa Barat. Road show akan melintasi delapan kabupaten/kota di Jawa Barat dimulai Senin (23/9) bertolak menuju Kabupaten Kuningan. “Selanjutnya selama tujuh hari akan road show melintasi Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cianjur, dan berakhir di Kabupaten Bogor. Dalam kurun waktu tersebut, kami menargetkan mampu menambah 10 ribu peserta baru KB implant,” katanya optimis. Alat kontrasepsi jangka panjang tersebut, lanjut Elma, akan dibagikan secara gratis ke desa-desa sasaran. Khusus penancapan implant dikemas dalam branding “Tancap 10 Ribu Implant.” Tancap merupakan akronim dari Tandang Pelayanan dan Capaian Program. Kegiatan akselerasi pembangunan KKB yang berfokus pada pelayananan 10 ribu akseptor KB – MKJP Implant secara serentak di delapan kabupaten di Jawa Barat. Sementara itu, Kabid Keluarga Berencana (KB) Hj Nunung mengatakan jika laju pertumbuhan penduduk (LPP) di Kabupaten Majalengka setiap tahunnya dinilai cukup rendah. Dari data yang tercatat di pihaknya, secara demografis angka kelahiran ibu hamil terus berkurang. Memasuki kwartal III tahun ini saja tercatat sekitar 1,86 persen ibu melahirkan. Hal ini di picu akibat minat tentang keluarga berencana (KB) sudah semakin teroganisir. “Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dari jumlah 1,86 persen itu, berarti dari sekitar 1,2 juta rakyat Majalengka rata-rata ibu di Majalengka ini memiliki 1 hingga 2 anak,” ungkapnya. Dijelaskan, jika jumlah penduduk tidak sesuai dengan daya dukung akan berakibat negatif. Secara fakta dan teori mengukur suatu jumlah penduduk bahwa semakin banyak jumlah penduduk maka akan susah kesejahteraan masyarakatnya. Sebaliknya jika jumlah penduduk terus tinggi dengan tidak sesuai daya dukung akan berakibat fatal kecuali tingkat kesejahteraan sudah cukup tinggi. Namun demikian, Rahmat mengaku kalau masalah tingkat kesejahteraan cukup susah. Laju pertumbuhan penduduk kecil atau sedikit namun berkualitas itu sudah merupakan aset pembangunan. Pihaknya berharap kepada kades serta peran dari masyarakat untuk tetap memberikan dorongan dan motivasi tentang pentingnya ber-KB. “Bagi kaum ibu yang memasuki masa subur namun belum ber-KB, disarankan untuk mengikuti keluarga berencana sesuai slogan KB dua anak cukup,” tandasnya. (ono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: