Berat Badan Normal dan Cegah Risiko Kesehatan
SETIAP individu sebaiknya memiliki berat badan (BB) normal. Berat badan normal tidak hanya merupakan permasalahan estetik atau sebagai social tools, tapi yang lebih penting adalah sebagai parameter kesehatan. Berat badan merupakan komponen untuk pengukuran indeks massa tubuh (IMT) selain tinggi badan (TB). Pengukuran IMT dilakukan dengan rumus BB/(TB)2. Seseorang dikatakan memiliki IMT normal berdasarkan kriteria asia pasifik, bila hasil pengukuran menunjukkan angka 18.5 – 22.9 kg/m2.
Apabila seseorang memiliki nilai IMT dibawah atau diatas range normal tersebut, maka akan ada risiko kesehatan yang muncul. Bila angka IMT kurang dari normal, maka disebut sebagai underweight, atau kurang berat badan. Keadaan ini berpotensi menyebabkan melemahnya ketahanan tubuh terhadap infeksi atau penyakit tertentu. Seseorang dalam keadaan kurang berat badan dapat mengalami komplikasi atau masa perawatan yang lebih lama di rumah sakit dibandingkan dengan individu lain yang memilikii berat badan normal. Seseorang dengan IMT di atas range normal, memiliki risiko mengalami penyakit kronis metabolik di masa yang akan datang seperti diabetes, tekanan darah tinggi, perlemakan hati, sindroma metabolik, stroke dan serangan jantung.
Agar seseorang senantiasa dalam range IMT yang normal, maka perlu memperhatikan keseimbangan asupan dan penggunaan energi harian. Asupan energi berasal dari makanan & minuman yang dikonsumsi, dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Sedangkan penggunaan energi berhubungan dengan aktivitas fisik dan olahraga yang rutin dilakukan. Agar nilai IMT konsisten, perlu tujuan dan pola pikir yang tepat setiap harinya, sehingga tidak mudah tergoda dengan makanan tertentu atau pola aktivitas fisik yang terlalu santai.
Perkembangan ilmu gizi klinis belakangan ini memungkinkan penilaian massa otot dan massa lemak, yang lebih berguna secara spesifik untuk menilai kondisi komposisi tubuh seseorang dibanding hanya menilai berat badan saja. Penilaian komposisi tubuh lebih spesifik dan memudahkan dokter spesialis gizi klinis untk memberikan terapi yang sesuai untuk menurunkan massa lemak dan melakukan penjagaan terhadap massa otot. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: