Kenali Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Kenali Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

BARU dengar istilah PPOK? Mari kita pelajari, kenali gejalanya dan hindari faktor risikonya. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dahulu disebut dengan Penyakit Paru Obstruktif Menahun. Penyakit ini ditandai dengan adanya perlambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.

Perlambatan aliran udara umumnya bersifat progresif dan berkaitan dengan respons inflamasi yang abnormal terhadap partikel atau gas iritan. Seseorang dengan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau gejala.

Hal ini berbahaya karena apabila faktor risikonya tidak dihindari maka penyakit ini akan semakin progresif. PPOK dapat menimbulkan gejala sebagai berikut:

  1. Sesak napas.
  2. Batuk-batuk kronis (batuk 2 minggu).
  3. Sputum yang produktif (batuk berdahak) pada PPOK eksaserbasi akut terdapat gejala yang bertambah parah, seperti:
  4. Bertambahnya sesak napas
  5. Kadang-kadang disertai mengi
  6. Bertambahnya batuk disertai meningkatnya sputum (dahak)
  7. Sputum menjadi lebih purulen dan berubah warna
  8. Gejala non-spesifik: lesu, lemas, susah tidur, mudah lelah, depresi.

Apa Saja Faktor Risiko PPOK?

  1. Kebiasaan merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan tentang, riwayat merokok, Perokok Aktif, Perokok Pasif, Bekas perokok.
  2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja.
  3. Hipereaktiviti bronkus.
  4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.
  5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia.

Diagnosis PPOK dilakukan berdasarkan wawancara medis dan pemeriksaan fisik yang dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi:

  1. Tes fungsi paru-paru/spirometri. Tes ini bertujuan untuk mengukur jumlah udara yang bisa kamu hirup dan hembuskan, dan apakah paru-paru memberikan oksigen yang cukup ke darah.
  2. X-ray dada dapat mendeteksi adanya emfisema yang merupakan salah satu penyebab utama PPOK.
  3. CT Scan juga dapat dilakukan untuk mendeteksi emfisema dan memprediksi keuntungan yang bisa didapatkan melalui operasi. Selain itu, CT Scan juga dapat digunakan sebagai skrining terhadap kanker paru-paru.

PPOK merupakan penyakit yang bisa diobati dengan melakukan beberapa perawatan.

Bahkan, bila PPOK sudah mencapai tahap lebih lanjut pun, masih ada terapi yang efektif untuk mengendalikan gejala dan mengurangi risiko komplikasi. Berikut adalah beberapa pilihan pengobatan PPOK:

1.    Berhenti Merokok. Ini adalah langkah terpenting dalam mengatasi PPOK. Berhenti merokok adalah satu-satunya cara agar PPOK tidak bertambah buruk, yang pada akhirnya bisa mengurangi kemampuan bernapas.

  • Pemberian Obat-obatan. Dokter dapat memberikan beberapa jenis obat untuk mengobati gejala dan komplikasi PPOK. Pengidap dianjurkan untuk mengonsumsinya  secara teratur dan sesuai kebutuhan.
  • Terapi Paru-paru. Dokter sering menggunakan terapi tambahan ini untuk pengidap PPOK yang sedang sampai berat.

4.    Operasi. Operasi adalah tindakan bagi pengidap emfisema yang parah dan tidak mempan lagi diobati dengan obat-obatan.

 Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis

pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah dengan menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif. Oleh sebab itu, bagi orang yang tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba rokok dan sebisa mungkin menghindari asapnya.

Sedangkan bagi perokok, cara terbaik adalah berhenti merokok dan juga menghindari paparan asapnya.

Bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan yang penuh dengan bahan kimia yang dapat membuat paru-paru menjadi iritasi, disarankan untuk menggunakan alat pelindung seperti masker. (*)

Oleh: Dr Hari Mulyanto (RS Paru Sindawangi)

 
https://youtu.be/t88k1buKUHQ

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: