Muktamar Minoritas
Apakah Gus Yahya akan bisa mengendalikannya?
Tentu Gus Yahya akan memulai dengan dirinya sendiri: tidak akan menjadi calon presiden atau pun wakil presiden.
Selebihnya masih pertanyaan besar. Partai PKB (58 kursi), rumah besar NU itu —perolehan kursinya tidak jauh beda dari PKS (50 kursi).
Tentu PKB yang paling tidak sabar menunggu rincian kembali ke khitah itu. Misalnya: apakah berarti seluruh pengurus NU dilarang jadi pengurus partai —dilarang pula jadi caleg.
Bukan hanya PKB. Partai mana pun yang ingin mengusung Capres di 2024 harus segera cari jurus silat ke SH Teratai —bagaimana memanfaatkan suara kaum nahdliyin.
Selama ini terjemahan kembali ke khitah masih berspektrum terlalu luas. Apakah itu akan disempitkan?
Keterlibatan NU di politik memang sudah terlalu dalam. Bahkan politik itulah yang berjasa membuat NU meluas ke seluruh Indonesia.
Awalnya, NU itu benar-benar organisasi ulama. Namanya saja Nahdlatul Ulama —kebangkitan ulama.
Ketika di tahun 1950-an berubah menjadi partai NU, diperlukan banyak sekali suara. Maka siapa saja bisa menjadi anggota NU —tentu yang cocok dengan garis perjuangan NU.
Diperlukan juga cabang dan ranting di seluruh Indonesia. Bahkan diperlukan pula tokoh luar Jawa sebagai ketua umum. Jadilah Idham Khalid, orang dari pedalaman Kalsel, sebagai ketua umum —terlama dalam sejarah NU.
Dengan latar belakang seperti itu maka program kembali ke khitah akan memakan energi Gus Yahya yang sangat besar.
Yang bagi Gus Yahya ringan adalah perjuangan moderatisasi beragama. Pendahulunya sudah meratakan jalan ke sana. Gus Yahya ingin mengglobalkannya.
Selama ini suara moderat itu masih lebih bergaung hanya di dalam negeri. Itu yang akan dikembangkan ke dunia internasional. Dengan demikian, ke depan, suara Islam di dunia tidak hanya didominasi dari suara Islam Timur Tengah.
Intinya, Muktamar NU yang awalnya terasa panas, ternyata bisa jadi percontohan berdemokrasi yang baik. Tidak ada calon tunggal.
Yang menang langsung mencium tangan yang kalah secara takzim. Yang menang memuji yang kalah. Yang kalah mendukung yang menang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: