Mencuri Ninja
\"Anda lagi tidak ada tadi,\" jawab saya.
\"Tapi itu kan bukan milikmu?\" katanya lagi.
Saya lemas.
Kalimat terakhirnya itu menyadarkan saya bahwa saya telah mencuri. Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Saya tahu perbuatan seperti itu tidak bisa dimaafkan. Ditonton pula orang satu kelas.
Mencuri adalah mencuri. Pun satu lembar kertas. Pun saya sudah membayar mahal kursus itu —termasuk membayar mahal guru itu.
Mencuri adalah mencuri.
Pun untuk satu lembar kertas.
Kata-kata itu, peristiwa itu, filsafat kejujuran di baliknya membekas sangat dalam. Melebihi pelajaran fikih Islam yang diajarkan selama 6 tahun di madrasah.
Itu bukan soal dosa.
Itu masalah mengambil barang yang bukan milik saya.
Mencuri adalah mencuri.
Sejak peristiwa itu saya tidak bisa konsentrasi dalam belajar. Pun sampai pulang. Adegan itu begitu hidupnya di benak saya —sampai pun 40 tahun kemudian.
Saya gagal belajar bahasa Inggris. Saya tetap tidak bisa tahu apa arti hotel yang dimaksud dalam syair lagu Hotel California.
Berkali-kali, selama kursus itu, saya harus mendengarkan lagu tersebut. Di lab bahasanya. Pakai earphone. Tetap tak bisa tahu apa arti kata itu.
Untunglah belakangan ada lagu Hotel Kalioso yang dinyanyikan sebagai Hotel California. Saya mengerti sepenuhnya artinya: kan pakai bahasa Jawa. (Dahlan Iskan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: