Lawan Mitos Dan Stigma Pada Pasien Sumbing Bibir Dan Langit-Langit

Lawan Mitos Dan Stigma Pada Pasien Sumbing Bibir Dan Langit-Langit

ISTILAH sumbing bibir dan langit-langit, pasti tidak asing lagi terdengar di tengah kalangan masyarakat kita. Bahkan banyak mitos dan stigma yang beredar mengenai kelainan bawaan lahir ini. Beberapa ahli mengatakan bahwa insiden sumbing tertinggi adalah di antara orang Asia (sekitar 1 dari 500 kelahiran) dengan Indonesia menduduki peringkat ke 3 setelah India dan China.

Baru bulan Juli lalu Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia (Pusdokkes Polri) memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori operasi sumbing terbanyak selama pandemi COVID-19. Hal ini menandakan masih banyaknya ditemukan kasus-kasus sumbing dan langit-langit yang masih belum mendapatkan penanganan yang maksimal. Selain itu, tidak sedikit juga cerita yang beredar tentang pasien sumbing ini dikuncilkan dan dijauhi oleh masyarakat dan bahkan keluarganya sendiri. Hal ini menyadarkan kita bahwa kasus sumbing bibir dan langit-langit masih menjadi masalah psikososial dan kesehatan di masyarakat.

Dengan penanganan yang tepat, bayi dengan sumbing bibir dan langit-langit dapat tumbuh kembang dengan baik seperti anak seusianya. Mari kita ketahui lebih dalam, apa itu sumbing bibir dan langit-langit dan bagaimana penanganannya yang tepat sehingga tidak ada lagi mitos atau stigma yang salah beredar di masyarakat tentang mereka.

Apa itu sumbing bibir dan langit-langit? Sumbing adalah celah yang terbentuk ketika bagian dan struktur wajah tertentu tidak menyatu selama perkembangan janin. Celah ini salah satunya dapat melibatkan bibir dan/atau langit-langit mulut

BACA JUGA: Arteria Dahlan Minta Kejati yang Pakai Bahasa Sunda Dalam Rapat Diganti, Saha Eta Teh?

Mengapa bibir sumbing dapat terjadi? Bibir sumbing terjadi dikarenakan gagalnya proses penyatuan bibir atas dan langit-langit mulut pada masa perkembangan janin. Penyebabnya hingga kini belum diketahui secara pasti antara lain faktor turunan, lingkungan, nutrisi, paparan obat-obatan, alkohol, rokok, sinar ronsen, stress, trauma atau penyakit pada 3 bulan pertama kehamilan dimana organ penting pada janin dibentuk.

Apa yang bisa terjadi pada bayi dengan bibir sumbing? Salah satu dampak yang yang pasti terlihat adalah gangguan penampilan, gangguan tumbuh kembang karena sulitnya makan dan minum, gangguan berbicara karena celah ini dapat menyebabkan suara menjadi sengau, pertumbuhan gusi dan gigi menjadi tidak beraturan, infeksi telinga dan masih banyak lagi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan nutrisi dan akhirnya jatuh ke malnutrisi. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang tepat untuk dapat menghindari gangguan tersebut.

Apa yang harus dilakukan jika memiliki anak dengan bibir sumbing? Penanganan bibir sumbing dilakukan secara multidisiplin dan berkelanjutan, oleh karena itu penting untuk orang tua mendapatkan informasi yang benar serta  dukungan moral dari lingkungannya. Orang tua harus mengetahui dan yakin bahwa kelainan ini dapat ditangani walaupun dibutuhkan kesabaran.

BACA JUGA:Soal Rapat Bahasa Sunda, Ketua PDIP Jabar Bikin Video, Minta Jaksa Agung Tidak Turuti Permintaan Arteria Dahlan

Jika sudah mengetahui memiliki bayi dengan kelainan sumbing sejak awal, orang tua harus tau cara pemberian minum yang benar. ASI harus dipompakan dan diberikan dengan menggunakan sendok dengan posisi bayi duduk bersandar 45 derajat. Hal ini perlu dilakukan karena bayi tidak bisa menghisap dengan baik sehingga dapat menyebabkan susu masuk ke hidung dan saluran pernapasan.

Kapan operasi harus dilakukan? Seluruh tindakan operasi dilakukan bertahap dan tidak hanya dilakukan 1 kali saja, tetapi perlu bertahap hingga pasien berusia 17 tahun. Tindakan ini memerlukan penanganan multisdisiplin oleh dokter bedah plastik, dokter anestesi, dokter anak, dokter rehabilitasi medik, dokter THT, dokter gigi, speech patologist dan psikiater yang membentuk sebuah tim.

Sebelum operasi dilakukan, orang tua harus mempersiapkan anaknya dengan konsultasi ke dokter spesialis anak untuk mencapai syarat toleransi operasi minimal yakni bayi sudah berusia 10 minggu, berat badan 4.5 kg dan memiliki Hb minimal 10. Setelah syarat ini terpenuhi, bayi baru akan dapat menjalani operasi tahap pertama yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik untuk memperbaiki celah pada bibirnya. Setelah operasi, selama perkembangannya, anak tetap harus dievaluasi terkait fungsi bicara, fungsi pendengaran dan fungsi yang lainnya untuk dapat menentukan tindakan selanjutnya yang harus dikerjakan.

Pesan untuk para orang tua, jika memiliki anak dengan bibir sumbing. Setelah membaca artikel ini, diharapkan orang tua tidak perlu panik, karena sudah banyak pengalaman anak dengan kelainan sumbing ini dapat diperbaiki sehingga pasien dapat hidup dan diterima di masyarakat dengan baik. Jika mengetahui anak mengalami tanda-tanda bibir sumbing, jangan ragu dan segeralah bawa ke dokter untuk konsultasi lebih lanjut. Kenali bibir sumbing sejak dini dan hadirkan senyum baru.(rls)

Oleh : dr Alexandria Stephanie

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: