Komnas HAM Nilai Densus Lecehkan Kapolda

Komnas HAM Nilai Densus Lecehkan Kapolda

JAKARTA - Penangkapan terduga teroris yang berujung dengan kematian di Bone dikecam oleh Komnas HAM. Korban tewas juga memancing munculnya balas dendam dan serangan balasan. \"Stop judicial killing, pembunuhan oleh aparat hukum, \"ujar anggota Komnas HAM Siane Indriani di Jakarta kemarin (18/10). Siane mengaku heran karena Densus 88 tetap saja mempertontonkan kekerasan dalam operasi penangkapan. \"Berkali-kali kami desak Densus 88 memperbaiki kinerjanya. Jika dikatakan sebagai kelompok atau jaringan berarti sudah diikuti sejak lama. Mengapa harus menunggu dan dieksekusi mati,\" kata mantan jurnalis yang belasan tahun meliput konflik itu. Siane menambahkan, kelompok yang disebut teroris sudah diikuti oleh Densus 88. \"Itu kan mereka sudah tahu mereka kelompok mana, siapa pimpinannya. Ini ada kesan menunggu momentum mengeksekusi mati,\" kata Siane. Komnas HAM akan mengagendakan pertemuan dengan kapolri baru nanti, Komjen Sutarman, untuk membahas perubahan cara kerja Densus 88 Polri. \"Kita mendesak revisi menyeluruh oleh Kapolri baru, lebih mengedepankan penegakan hukum dan pencegahan,\" katanya. Komnas HAM menilai, tindakan Densus 88 yang main hakim sendiri justru mempermalukan sesama polisi. \"Lihat Kapolda Sulselbar saja bingung, karena tidak tahu ada operasi. Ini melecehkan kapolda sebagai pimpinan Polri di wilayah,\" ujarnya. Densus 88 terbukti tidak pernah mau berkoordinasi dengan aparat di wilayah operasi. \"Sekelas kapolda tidak diberitahu, ini juga mempermalukan intelijen di Polda setempat,\" katanya. Sementara, dua dari tiga tersangka teroris yang digerebek Densus 88 di Bone, Sulsel, Kamis (17/10) lalu dibawa ke Makassar untuk keperluan interogasi. Mereka diduga masih terkait dengan jaringan teroris yang ada di Sulawesi. Ketiga tersangka itu ditugasi untuk menyuplai bahan peledak. \"Mereka diduga Jaringan Abu Uswah,\" ujar Karopenmas Divhumas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar. Jaringan tersebut terpecah-pecah setelah Abu Uswah tewas di tangan Densus 88 Januari lalu. Abu Uswah sendiri ditengarai sebagai tangan kanan pimpinan teroris Poso, Santoso, yang hingga saat ini masih buron. Peran Abu Uswah dan jaringannya terbilang besar. Dia merupakan aktor yang bertanggung jawab atas keberadaan ratusan bom siap ledak yang ditemukan polisi di Dompu, NTB pada hari penangkapannya. Begitu pula dengan keberadaan 20 bom pipa dan Tupperware di Enrekang, Sulsel. Kabagpenum Divhumas Mabes Polri Kombes Agus Rianto menyebut, aktivitas yang dilakukan Suardi cs sebagian besar dilakukan pada 2012. Pada November 2012, Suardi memesan sejumlah besar bahan bom untuk dibawa ke Bone. \"Bahan-bahan bom tersebut dikirim melalui jasa travel (ekspedisi resmi),\" terangnya. Karena masih berupa bahan, pihak ekspedisi tidak menyadari jika barang kirimannya akan dijadikan bahan peledak. Lagipula, pengirimannya dilakukan secara terpisah. Pihak Densus 88 masih mendalami seberapa banyak bom yang telah dibuat oleh Suardi cs. Apakah Suardi cs kini berafiliasi langsung dengan Santoso, Agus menyatakan jika Penyidik belum mendapatkan informasi tersebut. \"Jaringannya masih dikembangkan, karena masih ada beberapa tersangka lain yang terkait dengan pelemparan bom ke Gubernur Sulsel,\" tambahnya. Sebagaimana diberitakan, Densus 88 meringkus tiga terduga teroris di Desa Alinge, Kecamatan Ulaweng, Bone. Mereka adalah Suardi, Erwin, dan Ahmad Iswan. Versi Densus 88, sempat terjadi kontak tembak saat penangkapan yang berujung tertembaknya Suardi. Dia tewas dalam perjalanan ke RS. (rdl/byu)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: