Sesal Ibu

Sesal Ibu

Sebenarnya Eric baru saja menemukan obat ajaib untuk kesuksesan programnya itu: semua polisi New York harus tinggal di New York. Dengan demikian di rumah pun polisi masih bisa ikut mengamankan lingkungan mereka.

Bukanlah tugas polisi itu 24/7 —24 jam sehari, tujuh  hari seminggu? Bagaimana bisa 24/7 kalau tinggalnya di luar kota?

Selama ini hanya sekitar 30 persen polisi New York yang tinggal di New York. Selebihnya tinggal di pinggiran New Jersey atau pinggiran Pennsylvania yang dekat dengan New York.

Tapi obat ajaib Eric itu mendapat reaksi yang ajaib pula: tidak satu pun komentar yang menyetujuinya. \"Mana ada polisi-biasa yang kuat membeli rumah di kota New York,\" ujar seorang polisi seperti disiarkan harian The New York Post. \"Apakah Eric akan membelikan kita rumah?\" kata yang lain.

Belum lagi soal hak asasi. \"Masak Eric tidak tahu bahwa ia tidak boleh mencampuri hidup kita,\" kata yang lain lagi.

Akhirnya disadari: Eric kini seorang politisi. Ia harus memilih kata-kata manis meski tidak realistis. Politisi harus kelihatan cerdas —setidaknya lewat kata-katanya.

Untuk urusan kriminalitas, seperti penembakan di apartemen itu, saya tidak membaca New York Times. Saya pilih New York Post —seperti Kompas dan Pos Kota-nya Jakarta.

McNeil, si pemilik senjata gelap, belum lama tinggal di New York. Ia memang dipanggil sang ibu untuk kumpul di New York. Sang ibu lagi sakit. Adik laki-lakinya lebih sakit lagi: livernya dalam keadaan berat.

Inginnyi, McNeil bisa meringankan beban keluarga. Tapi selama jadi satu rumah, sang ibu lebih banyak bertengkar dengan McNeil. Ternyata McNeil sudah tidak seperti yang dibayangkan dulu. Ia kini sudah menjadi penganut vegetarian yang ekstrem. Ibunya dipaksa ikut keyakinanya.

McNeil bukan vegetarian biasa. Ia juga punya keyakinan bahwa polisi harus dimusuhi. Polisi harus dibunuh. Polisi telah menjadi musuh warga kulit hitam. Ia selalu mengikuti media yang mengutamakan teori konspirasi. Otaknya tercemar.

Senjata itu sendiri hasil curian saat McNeil tinggal di Maryland. Ia sudah beberapa kali ditangkap: terkait narkoba.

Perubahan jiwanya lebih terlihat parah setelah matanya tinggal satu. Dalam suatu bentrokan antar gang, dua tahun lalu, mata sebelahnya terkena pecahan botol kaca.

Si pengantin baru, Ny Jason Rivera, malam itu sedang menunggu kepulangan suami. Jumat adalah hari kelima dalam tugas. Malam itu suaminyi memasuki hari libur tiga hari.

Yang pulang ternyata hanya kabar duka. Besoknya, Ny Jason mengunggah IG dengan kalimat heroik. Dia istri polisi yang tahu risiko itu. \"Terbanglah tinggi kau ke sorga kehormatan,\" tulisnyi. Lalu menyertakan berbagai foto, termasuk foto perkawinan tiga bulan sebelumnya.

Di kantor polisi, Ny Jason minta diantar ke ruang ganti: dari ruang itulah suaminyi menghubunginyi via video call untuk terakhir kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: