Doa Wadas

Doa Wadas

Bendungan itu sendiri mencakup beberapa desa di dua kabupaten: 2 desa Purworejo dan 3 desa di Wonosobo. Tanah untuk bendungan itu harus dibebaskan oleh negara: beres. Tuntas. Tidak ada masalah.

Penduduk yang terkena proyek juga sudah pindah ke desa-desa sekitar. Kebetulan tidak sampai 1000 KK.

Ganti rugi terbanyak justru untuk pohon sengon. Kawasan itu penuh dengan sengon rakyat.

Sengon telah menjadi investasi rakyat yang hasilnya melebihi tanam singkong atau jahe.

Pembangunan waduk pun sudah bisa dimulai. Harus diakui, pemerintahan Presiden Jokowi sangat giat membangun waduk seperti ini. Besar dan kecil. Di mana-mana. Segiat membangun jalan tol.

Waduk Bener ini akan mengalirkan air ke arah selatan. Untuk menyuburkan pertanian di Purworejo Selatan: 15.000 hektare.

Yang kalau musim kering sangat tandus. Masih ditambah persoalan yang lebih berat: air laut selatan mulai intrusi jauh ke utara di musim seperti itu.

Air waduk nanti bisa mengatasi kekeringan itu. Sekaligus menahan intrusi air laut. Termasuk mengairi persawahan di kawasan Kulonprogo tidak jauh dari bandara baru Yogyakarta.

Sampai di sini baik-baik saja. Lancar.

Maka pekerjaan bendungan harus dimulai. Kontraktornya pun sudah ada. Yakni BUMN yang ahli di bidang tata air: PT Brantas Adipraya. Tidak ada masalah.

Tapi untuk memulai, proyek ini memerlukan banyak batu. Bendungan itu sangat besar: panjangnya 543 meter: Lebih setengah kilometer.

Tinggi bendungan: 159 meter. Yang tertinggi di Indonesia. Bendungan Jatiluhur saja tingginya hanya 100 meter –tepatnya 96 meter.

Agar bendungan setinggi itu kuat menahan air, tebalnya harus cukup. Tebal bagian bawah bendungan itu sampai 290 meter. Betapa banyak batu yang diperlukan.

Sebenarnya itu juga tidak ada masalah: banyak batu di situ. Proyek ini di lereng gunung batu.

Salah satu pusat batu yang dicadangkan adalah di desa yang letaknya di bawah sana. Di timur proyek. Itulah Desa Wadas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: