Muara Yusuf

Muara Yusuf

Menjelang Lebaran mereka baru boleh pulang. Setelah itu mereka balik lagi ke Arafuru untuk setahun ke depan.

Tugas kapal itu hanya menangkap ikan. Lalu membekukannya. Ada alat pembeku di perut kapal. Yang suhunya minus 40 derajat. Yang bisa membuat ikan langsung beku.

Kapal penangkap tidak perlu mengirim hari tangkapan. Ada kapal pengangkut yang datang dan pergi. Datang membawa air dan bahan makanan. Pulang membawa ikan beku: ke Muara Baru, Jakarta.

Dua kapal pengangkut itulah yang mondar-mandir Arafuru–Muara Baru.

Yusuf baru berumur 49 tahun. Ia punya anak satu –perempuan. 

Anak itu ia sekolahan ke Tiongkok: ke kota Xiamen. Sekarang sudah pulang. Sudah berumah tangga, dengan satu bayi.

Sang Putri kini tinggal di Bitung: memimpin dua pabrik ikannya yang ada di Sulut. \"Biar matang di sana,\" ujar Yusuf. 

Tidakkah kasihan pada anak perempuan? \"Tentu saya sayang sekali. Tapi kalau di Jakarta dia nanti hanya tahu matang. Kalau di Bitung bisa tahu ikan sejak A sampai Z,\" tambahnya.

Yusuf sendiri memulai usaha dari bawah. Dua kali bangkrut. Habis. Sampai terlempar menjadi sopir truk –jurusan Jakarta-Cirebon. Lalu Yusuf diterima menjadi sopir pribadi seorang pengusaha Tionghoa. Lukas namanya. \"Pak Lukas orangnya baik. Saya diberi modal usaha,\" ujar Yusuf.

Ayah kandung Yusuf sendiri seorang pedagang kecil di Dumai. Sang ayah menyekolahkan anaknya itu ke Sekolah Menengah Usaha Perikanan di Dumai. Begitu tamat Yusuf jadi awak kapal. Milik asing. Jurusan Guam di Samudera Pasifik. Sampai dua tahun Yusuf di sana.

Setelah punya sedikit tabungan Yusuf pindah ke Jakarta. Usaha kecil-kecilan. Gagal. Bangkit lagi. Gagal lagi. Lalu jadi sopir truk tadi.

Juragannya itulah yang menyarankan Yusuf mulai dagang lagi. Dagang ikan. Beli ikan di Muara Baru, dijual di pasar-pasar kampung. Mulailah ia jual beli ikan. Kian lama kian besar. Pinjaman yang diberikan Lukas pun bisa ia lunasi. Lukas masih sempat melihat Yusuf berkembang menjadi pengusaha besar. Lukas juga sempat tahu Yusuf sudah punya begitu banyak pabrik ikan. Juga sempat tahu Yusuf sampai punya enam kapal. 

Setelah Lukas meninggal dunia Yusuf tetap menjalin hubungan keluarga dengan anak-anaknya.

Kini Yusuf membina pengusaha kecil ikan di kampung-kampung. Jumlah mereka sudah mencapai 60.000 orang. Itulah mereka yang membuat ikan pindang di rumah masing-masing. Yusuf yang memasok ikan ke para pemindang itu: ikan layang, tongkol, cakalang, dan salem. 

Ikan kecil-kecil itulah yang dimasuk-masukkan ke besek bambu. Besek yang sudah berisi ikan itu lantas dimasukkan ke air mendidih yang sudah berbumbu. Jadilah ikan pindang siap jual.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: