Rara Mombasa

Rara Mombasa

Dari San Miguel du Tucuman  barang-barang itu masih harus diangkut dengan truk sejauh 2 jam: ke sirkuit Tarmas Rio Hondo. Para pembalap sudah menunggu: apakah latihan dulu atau langsung kualifikasi.

Seperti juga Mandalika, sirkuit ini amat jauh –untuk menghormati Amat, saya menghindari kata sangat –dari ibu kota Argentina:  Buenos Aires. Kalau naik mobil bisa dua harmal –jalan tolnya antara Buenos Aires ke sirkuit ini hanya di beberapa ruas.

Sirkuit ini justru lebih dekat ke perbatasan Peru –hanya sepelemparan batu. Letaknya di lereng timur pegunungan Andes. Sedangkan Peru di sisi baratnya.

Mengapa dibangun di situ ya karena pariwisata: Tarmas Rio Hondo adalah sumber air panas yang sangat besar dan mencakup area yang luas. Ribuan hotel ada di kota nun jauh ini: ketinggiannya hanya 450 meter, tapi air panasnya bisa dipercaya menyembuhkan banyak penyakit.

Karena balapan di Tarmas Rio Hondo terjadi setelah Mandalika, mau tidak mau orang membandingkannya. Tarmas artinya panas. Rio Hondo berarti air dalam. Mandalika adalah nama ratu di kerajaan Lombok era 1260-an –yang berarti sezaman dengan Majapahit.

Kesamaannya: pembalap juga mengeluhkan kualitas permukaan sirkuitnya. \"Tidak sebanyak di Mandalika tapi masih belum bersih. Sulit untuk kecepatan tinggi dan menyalip,\" ujar seorang pembalap di situs berita Eropa kemarin.

Argentina juga pernah bertahun-tahun menunggu kembalinya MotoGP ke sana. Baru dibangun tahun 2012, Rio Hondo sering on-off. Untuk perbaikan. Perbaikan terakhir dilakukan tahun 2019 dan baru jadi sekarang ini.

Seperti juga kesulitan apa pun, kambing hitamnya sudah tersedia: Perang di Ukraina. Menurut keterangan resmi MotoGP, akibat perang itu angkutan udara ikut terganggu.

Pilihannya tidak sebanyak dulu lagi: menurun sampai 20 persen. Maksudnya: tidak mudah mencari pengganti pesawat yang rusak.

Itu karena banyak perusahaan kargo udara berbendera Rusia. Mereka kena sanksi: tidak boleh terbang. Meski agak sulit menerima alasan itu saya harus menerimanya: saya tidak punya cukup pengetahuan bidang itu.

Total barang yang harus diangkut dari Lombok ke Argentina sekitar 450 ton. Diperlukan lima pesawat kargo kelas  B777 untuk mengangkutnya. Tidak semua  lewat Mombasa. Ada yang lewat Doha. Ada juga yang lewat Ghana. Satu lagi lewat Lagos, Nigeria.

Kenapa hampir semua lewat Afrika Timur, Barat dan Tengah hanya mereka yang tahu. Dugaan saya: soal tarif landing dan take off yang lebih murah.

Kita bersyukur: Lombok juga bukan kelas Dubai atau London –tapi semuanya lancar. Waktu itu tim dari Angkasa Pura di Bandara Lombok kerja superkeras. Termasuk harus cepat memperpanjang landasan dari 2.750 meter ke 3.300 meter –agar bisa didarati jenis pesawat B777.

Balapan berikutnya aman. Balik ke negara superpower: Amerika Serikat. Di kota Austin, Texas. Hanya 5 jam penerbangan dari Rio Hondo.

Tidak perlu Rara di sana. (dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: