Erupsi Lagi, Ini Awal Mula Muncul Gunung Anak Krakatau
Radarcirebon.com, GUNUNG Anak Krakatau kembali mengalami erupsi, Minggu (24/4/2022) pukul 20:20 WIB. Tinggi kolom abu tercatat kurang lebih 3.000 meter di atas puncak.
Status gunung Krakatau naik dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III). Erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi terus menerus sejak awal April 2022.
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda merupakan kelanjutan dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883 dan Gunung Krakatau Purba yang erupsi pada abad ke-5.
Pada abad ke-5 Masehi, Gunung Batuwara meledak hebat dan menimbulkan tsunami besar.
Sebagian tanah ambles, membentuk Selat Sunda, serta membelah sebagian Pulau Jawa yang melahirkan Pulau Sumatera.
Beberapa ahli geologi kala itu menyimpulkan Gunung Batuwara, yang disebut-sebut dalam naskah kuno Jawa, adalah Gunung Krakatau Purba.
Dikutip dari buku Krakatau: Laboratorium Alam di Selat Sunda (2007) terbitan Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Universitas Indonesia, letusan ini mengakibatkan Gunung Krakatau Purba hancur dengan menyisakan kaldera (kawah besar) di bawah laut.
Tepi kawahnya membentuk tiga pulau, yakni Pulau Rakata, Pulau Panjang (Pulau Rakata Kecil), dan Pulau Sertung.
Lantaran dorongan vulkanik dari dalam perut bumi, Pulau Rakata, satu dari ketiga pulau hasil letusan Gunung Krakatau Purba itu, berkembang menjadi gunung baru yang terbuat dari batuan basaltic.
Dalam proses ini, lahir dua gunung lain dari kawah di area yang sama, yakni Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan.
Oman Abdurrahman dan Priatna dalam buku Hidup di Atas Tiga Lempeng: Gunung Api dan Bencana Geologi (2011) mengungkapkan, gunung dari Pulau Rakata, Gunung Danan, dan Gunung Perbuwatan, tumbuh bersama dalam proses yang sangat lama.
Ketiga gunung inilah yang kemudian bersatu menjadi Gunung Krakatau. Menjelang dini hari tanggal 27 Agustus 1883, ketika wilayah Nusantara di bawah penguasaan pemerintah kolonial Hindia Belanda, Gunung Krakatau meletus dengan dahsyatnya.
Terjadi empat kali ledakan besar, disusul empat kali pula gelombang tsunami di Selat Sunda. Catatan pemerintah kolonial, dikutip Kartono Tjandra dalam buku Empat Bencana Geologi yang Paling Mematikan (2018), menyebutkan, lebih dari 36 ribu orang tewas akibat erupsi Gunung Krakatau ini.
Referensi lain bahkan mengklaim jumlah korban jiwa jauh lebih besar, hingga 120 ribu orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: