Jahat Enak
Nasrullah pun menjalankan birokrasi berikutnya: kopi Colombia Wush Wush. Dengan ritual yang sama.
Wush Wush harganya was-was. \"Saya tidak mampu membeli kiloan. Saya hanya mampu membeli sachetan 18 gram,\" katanya. Berapa harga Wush Wush 18 gram itu? \"Rp 500.000,\" ujar Nasrullah.
Inilah yang ingin saya sampaikan ke Gubernur Lampung. Atau gubernur mana saja. Yang daerahnya penghasil kopi. Atau, jangan-jangan mereka sendiri sudah lebih tahu.
Bahwa jenis kopi itu tidak hanya satu atau dua. Sama-sama Colombia atau Panama, masih terbagi dalam jenis-jenisnya. Tiap jenis pun masih terbagi ke dalam area penanaman.
Beda lahan beda rasa. Beda penanganan beda pula. Maka petani kopi yang ingin mendapat harga tinggi bisa mengikuti gaya itu. Jumlah tonase tidak lagi terlalu menentukan jumlah pendapatan.
Area tidak harus luas. Yang penting bisa menghasilkan jenis kopi berharga tinggi. Lewat penyelidikan tanah, bibit dan cara memperlakukannya.
Yang sudah telanjur punya 5 hektare pun bisa mencoba: ambil setengah hektare saja dulu. Perlakukan secara khusus. Yang punya potensi terbaik. Jadikan yang setengah hektare itu Kopassus-nya kopi Anda.
Kini mulai banyak pedagang kopi yang memerlukan kopi khusus seperti itu. Disebut fine coffee. Mereka juga sanggup mencarikan pembina yang tepat. Para pedagang itu memiliki jaringan pembeli di luar negeri. Ada pula konsultan gratis untuk itu.
Nasrullah yang mengatur irama minum kopi kami hari itu. Kian ke belakang kian mahal. Itulah seni minum kopi. Jangan yang paling enak diminum dulu.
Yang terakhir adalah jenis kopi yang sangat mahal. Yang sifatnya persis seperti kalimat di kaus hitam yang ia kenakan: \'\'Kamu Jahat, tapi Enak. \"Kopi ini rasanya jahat sekali. Tapi enak sekali,\" ujarnya.
\"Apakah istri Anda tahu hobi Anda ini?\" tanya saya.
\"Tahu. Tapi tidak boleh detail,\" jawabnya.
\"Kenapa?\"
“Nanti dia ngomel. Kok ini mahal, itu mahal...,\" jawabnya lantas tersenyum.
\"Dia tidak pernah ngomel?\" tanya saya lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: