Warga Arjawinangun Antusias Kedatangan Mahasiswa KPM IAI BBC

Warga Arjawinangun Antusias Kedatangan Mahasiswa KPM IAI BBC

ANTUSIAS: Pengabdian masyarakat mahasiswa IAI BBC dengan berkunjung dan melakukan observasi kepada para pengrajin gerabah di Desa/Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. --

Radarcirebon.id, CIREBON- Mahasiswa Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon (IAI BBC) melakukan pengadbian masyarakat dengan berkunjung dan melakukan observasi kepada para pengrajin gerabah di Desa/Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon.

Para pengrajin tanah liat ini tak sungkan berbagi informasi kepada mahasiswa yang sedang melakukan observasi untuk melengkapi program Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM).

Ditunjukkan sebagai bentuk antusiasme warga terhadap para mahasiswa. Bahkan, mahasiswa diajak untuk berziarah ke makam Pangeran Panjunan.

Arjawinangun menjadi salah satu desa yang masyarakatnya menekuni kerajinan tanah liat. Seperti untuk membuat vas bunga, kendi, gentong hingga celengan. Proses pembuatan meliputi pencetakan, pembakaran, melukis atau menghias produk dan pengeringan.

BACA JUGA:Kasus Pencurian di Talun Cirebon, Pelaku Sembunyi di Kolong Boks Bayi, Ketauan Deh

Pembuatan produk dari tanah liat membutuhkan air untuk mengatur tekstur tanah agar mudah dibentuk. Kemudian dicampurkan abu agar produk semakin kokoh/kuat ketika melalui proses pembakaran menggunakan kayu bakar.

Para pengrajin gerabah ini mayoritas meneruskan bisnis dari peninggalan orang tua hingga nenek moyang mereka. Kerajinan dari tanah liat ini bisa digunakan oleh semua kalangan. Baik usia tua atau muda.

“Masyarakat Desa Arjawinangun, khususnya Blok Depok masih melestarikannya sebagai bentuk penghargaan dan bentuk cinta kepada nenek moyang. Serta tetap mempertahankan produk lokal yang masih sangat tradisional,” tutur Dosen Pembimbing Lapangan Desa Arjawinangun IAI BBC, Dr Taufik Ridwan MHum, Rabu (20/7).

BACA JUGA:Mau Pulang ke Cirebon dari Semarang, Coba Deh Naik KA Kaligung, Segini Tarifnya

Para pengrajin mendapatkan tanah liat dari sawah desa secara gratis selama 5 tahun. Karena difasilitasi pemerintahan desa. Mereka tidak memasarkan produk sendiri. Tapi, menunggu pesanan dari para pembeli yang datang hampir setiap hari. “Sehingga mereka bisa menjadikan kerajinan tanah liat ini sebagai profesi utama,” ujar Taufik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan, pada umumnya para pengrajin percaya asal-usul kerajinan tanah liat diciptakan atau pertamakali dibuat oleh Pangeran Panjunan. Mereka juga memercayai adanya keberkahan dari Pangeran Panjunan sampai sekarang.

Misalnya, contoh dari keberkahan Pangeran Panjunan, masyarakat tidak pernah kehabisan tanah liat. Baik saat musim kemarau atau saat kekeringan dan musim penghujan atau ketika tanah digenangi air. Produksi atau bahan baku selalu memadai. (ade/opl)

BACA JUGA:Pencabulan di Talun Cirebon, Korban Anak 11 Tahun Sampai Depresi, Pelaku Tetangga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: