Menlu Rusia Lavrov Tuding Macron Telah Menghina Bangsa Afrika
Presiden Prancis Emmanuel Macron--
Radarcirebon.id, JAKARTA - Tudingan Presiden Prancis Emmanuel Macron bahwa Moskow mendukung rezim tidak sah di Afrika mendapat tanggapan dari Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Berbicara kepada wartawan selama pertemuan di Tashkent Uzbekistan pada Jumat (29/7), Lavrov mengatakan klaim itu sama saja menghina bangsa Afrika.
“Jika saya ingat dengan benar, dia mengatakan bahwa dia prihatin dengan aktivitas militer dan diplomatik Rusia di Afrika dan mengatakan itu bukan kerja sama, tetapi dukungan untuk rezim dan junta yang benar-benar gagal dan tidak sah,” kata Lavrov kepada wartawan, seperti dikutip dari RT.
Selama ini Rusia telah banyak bekerja sama dengan negara-negara Afrika.
BACA JUGA:Tahun Baru Islam, Airlangga Yakin Jadi Momentum Bangkit dari Pandemi
"Jika melihat daftar negara yang kami kunjungi di Afrika, dan jika itu yang dia katakan, itu namanya menghina negara-negara Afrika, yang, terlepas dari segalanya, secara konsisten mengembangkan hubungan dengan Federasi Rusia,” katanya.
Lavrov mengunjungi Mesir, Republik Demokratik Kongo, Uganda dan Ethiopia selama perjalanan empat hari ke benua itu sebelum akhirnya tiba di Uzbekistan pada hari Kamis.
Sementara itu Macron berada di Afrika pada waktu yang hampir bersamaan, mengunjungi Kamerun, Benin dan Guinea-Bissau.
Dilansir dari rmol.id, berbicara di Kamerun, bekas jajahan Prancis, pada hari Selasa, Macron menyebut Rusia sebagai salah satu kekuatan kolonial kekaisaran terakhir. Dia menuduh Moskow mendukung kekuatan politik yang melemah dan junta militer yang tidak memiliki legitimasi di Afrika.
BACA JUGA:Tampak Duduk Mesra Semeja Surya Paloh, AHY dan Sohibul Iman di Resepsi Pernikahan Putri Anies Baswedan
Macron juga menyuarakan keprihatinan atas pekerjaan perusahaan militer swasta Wagner yang terkait dengan Rusia di Mali dan Republik Afrika Tengah. Kremlin sendiri membantah Wagner mewakili pemerintah Rusia.
Lavrov mengatakan tahun lalu bahwa kontraktor swasta telah diundang oleh otoritas Mali untuk memerangi teroris karena pasukan Prancis yang ditempatkan di negara itu sedang dalam proses penarikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: