Muharram Bulan Keramat dan Ada Hari Sial hingga Dilarang Hajatan? Simak Dulu Penjelasan Buya Yahya

Muharram Bulan Keramat dan Ada Hari Sial hingga Dilarang Hajatan? Simak Dulu Penjelasan Buya Yahya

Yahya Zainul Ma’arif Jamzuri atau Buya Yahya. Foto: -staialbahjah.ac.id-

"Padahal kebalikannya, Muharram itu bulan yang berkah," tandas Buya Yahya.

Hal ini sesuai hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Bukhari:

"Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada 12 bulan, di antaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil tsani dan Syaban"

"Biar pun di hari Jumat, biar pun di bulan Ramadan, jika kita mengerjakan kemaksiatan di hari itu, itulah hari jelek," pungkasnya.

BACA JUGA:Laudya Chintya Bella Menikah dengan Pangeran Dubai, Viral di Tiktok, Asisten Beri Klarifikasi

Bulan yang Istimewa

Muharram merupakan salah satu bulan istimewa dalam penanggalan Hijriyah atau Islam. Muharram juga menjadi penanda datangnya tahun baru Islam.

Tahun Baru Islam 2022 atau 1 Muharram 1444 Hijriyah jatuh pada Kamis, 1 Agustus. Karena itu, umat Islam dianjurkan membaca doa akhir dan awal tahun.

Doa akhir tahun 1441 Hijriyah dibaca selepas salat Asar pada hari ini, Rabu (19/8). Sementara doa menyambut awal Tahun Baru Islam 1442 hijriyah dibaca sesudah menunaikan salat Magrib di hari yang sama, Rabu (19/8).

BACA JUGA:Wikipedia Fadil Imran Diedit Terima Suap dari Ferdy Sambo, Begini Nasib Pelakunya

Dilansir dari NU Online, berikut ini doa yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk dibaca di akhir dan awal tahun tahun. Doa ini dimasukkan oleh Mufti Jakarta abad 19-20 Habib Utsman bin Yahya dalam karyanya Maslakul Akhyar.

Doa Akhir Tahun

اَللَّهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هَذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْه وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوبَتِي وَدَعَوْتَنِي إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِي وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Bacaan latinnya: \"Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba‘da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da‘autanî ilat taubati min ba‘di jarâ’atî ‘alâ ma‘shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ karîm.\"

Artinya: \"Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Karenanya aku memohon ampun kepada-Mu. Ampunilah aku.\"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: jpnn.com