Dua Nelayan Dihajar Fajar Utama

Dua Nelayan Dihajar Fajar Utama

BABAKAN – Lintasan kereta api tanpa palang pintu di perbatasan Desa Dompyong Wetan-Gembongan, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon sepertinya menjadi jalan menuju maut bagi yang bernasib sial. Seperti Selasa siang (26/11), dua orang nelayan, yakni Kusnan (30) dan Takri (33), warga Desa Gebang Kulon, Kecamatan Gebang tewas tertabrak kereta Fajar Utama saat mengendarai sepeda motor Vega R bernopol E 2358 M. Kejadian yang menimpa Kusnan dan Takri terjadi sekitar pukul 11.47. Ketika itu, Kusnan berboncengan dengan Takri melintas dari arah Desa Gembongan menuju arah Kecamatan Gebang. Ketika melintasi pintu perlintasan, datang kereta api Fajar Utama dari arah timur (arah Stasiun KA Babakan). Kedua nelayan tersebut tak melihat ada kereta. Diduga, pandangan mata Kusnan yang mengemudi sepeda motor terhalang oleh pepohonan dan rel kereta yang menikung. Akibatnya, sepeda motor yang dikendarai Kusnan dan Takri sulit menghindar. Tabrakan pun tidak terelakkan. Kusnan dan Takri terbawa kereta sejauh 10 meter. Keduanya langsung tewas di lokasi kejadian dengan kondisi yang mengenaskan. Salah satu saksi mata, Samsul, membenarkan kalau Kusnan dan Takri melintas jalan raya Desa Gembongan. “Mereka berdua lewat Gembongan menuju ke Gebang. Tiba-tiba dari arah timur datang kereta dengan kecepatan tinggi. Sepertinya mereka nggak lihat kereta. Terus mereka langsung tertabrak dan meninggal di tempat,” beber pria yang juga warga Desa Gembongan tersebut. Sementara itu, Kapolres Cirebon Kabupaten AKBP Irman Sugema melalui Kapolsek Babakan AKP Yuliyanto SH kepada Radar membenarkan adanya kecelakaan kereta api yang merenggut dua nyawa. “Sekitar pukul 11.47 terjadi kecelakaan, dimana dua orang yang menggunakan sepeda motor tewas tertabrak kereta api Fajar Utama dari arah Semarang menuju Jakarta. TKP-nya di Desa Gembongan. Kondisi korban sudah sangat memprihatinkan,” bebernya. Kini, kasus kecelakaan kereta api tersebut ditangani oleh Polres Cirebon. “Jajaran Polres Cirebon, baik itu dari unit laka lantas atau pun reskrim, semuanya turun untuk menyelidiki kasus ini,” terangnya. Kejadian tersebut tak hanya kali ini saja. Terakhir, korban jiwa di “pintu maut” tersebut yakni tahun lalu. Korban bernama Sarinah (68), warga Desa Dompyong Wetan juga tewas di tempat dengan tubuh hancur berkeping-keping. Tahun 2011 juga menjadi tahun duka di perlintasan kereta api tanpa pintu tersebut. Parahnya, kejadian tahun 2011 terjadi usai korban melangsungkan salat Idul Fitri. Satu mobil terseret kereta dari arah timur sejauh 10 meter dan tercebur di area persawahan. Ada lima orang di dalam mobil, satu diantaranya tewas setelah dilarikan ke rumah sakit oleh pihak kepolisian. Sedangkan empat lainnya luka ringan dan berat. “Kami harap warga berhati-hati kalau melintasi pintu kereta api di sini. Waspadai, lihat kanan dan kiri kalau mau nyebrang,” tutur Iswanto (29), warga Desa Dompyong Wetan yang pernah menyaksikan langsung korban tabrak kereta tahun 2012 lalu di pintu perlintasan tersebut.  (den)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: