Takmir Tidak Setuju Relokasi

Takmir Tidak Setuju Relokasi

CIREBON – Rencana relokasi Masjid Teja Suar mendapat penolakan dari para pengurus takmir (Dewan Kemakmuran Masjid) Teja Suar dan tokoh masyarakat. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk berupaya agar masjid kebanggaan masyarakat Cirebon itu, tetap berdiri kokoh di tempat semula. Pernyataan bersama itu disampaikan oleh Penasehat Takmir Masjid Teja Suar, Ahmad Dahlan, Ketua Takmir Masjid, Karya, tokoh masyarakat yang juga jamaah Masjid Teja Suar Abu Azka, penjaga masjid, Gadung, tokoh masyarakat H Sastra dan jamaah masjid bernama Tengku. Penasehat Masjid Teja Suar, Ahmad Dahlan membeberkan, setelah tahu info masjid akan direlokasi, pihaknya langsung klarifikasi ke pemiliknya. Dari hasil klarifikasi, pihaknya mendengar bahwa relokasi dilakukan ke bagian belakang. Namun pada saat itu, pihaknya protes dan meminta agar relokasi dibatalkan. “Masjid ini didirikan saat saya kecil usia kelas 2 SD. Sebelum diresmikan,  dulu dikenal dengan masjid Muhammad Ali. Tapi setelah diresmikan Buya Hamka, orang akhirnya tahu pemiliknya HM Saelan. Dulunya masjid Muhammad Ali, karena saat itu  kalau menang tinju biasanya diberi hadiah masjid,” kata Dahlan. Pihaknya menjelaskan, dulu masuk Tuparev penuh iklan minuman beralkohol. Tapi saat itu, masuk Tuparev ada masjid mewah dan masjid merah. Bahkan, orang Ternate menyebutnya masjid Al Hamra. Sebelah kanan, kiri, utara, selatan kultur masyarakatnya kuat. Masyarakat Kedawung, Tuk, Pecilon, Pilang Tonggoh berbondong-bondong belajar mengaji di Masjid Teja Suar. “Posisi kami sejak awal, ingin mengondiskkan masjid tidak direlokasi. Secara aspek de facto jual beli saya tidak lihat karena tidak ditunjukkan, kami hanya menyampaikan data dan fakta. Malah dalam bahasa beliau (Saelan) tidak menjual masjid, tapi menjual tanah. Faktanya ada orientasi aset tanahnya berubah dan pindah ke tempat lain,” ujarnya. Dirinya juga sempat bertemu dengan seorang pengusaha yang siap membantu Saelan. Hanya saja sampai saat ini masih nunggu proses saja. Dahlan menegaskan, agniya (orang kaya) itu bukan personal tapi organisasi yang akan bahu membahu mengumpulkanan dana. Pada kesempatan itu, dia juga meminta pihak-pihak tertentu untuk tidak memakai isu Masjid Teja Suar untuk sarana politik. “Kami bicara berdasarkan fakta dan data. Kalau ada pertanyaan Saelan butuh dana, memang iya. Selain tokoh pendidikan juga tokoh pejuang. Saat ini beliau sedang membutuhkan pendanaan mendirikan kawasan pendidikan, tapi tidak ada perkataan H Saelan menjual masjid Teja Suar. Kalau media pernah bertemu pembeli itu di luar sepengetahuan kami. Kami oiptimis Masjid Teja Suar ini akan tetap berdiri dan sekarang sedang proses. “Kami bolak balik ke Jakarta untuk memberikan masukan supaya Teja Suar tidak alih fungsi,” ungkapnya. Pihaknya menegaskan tidak mau berbicara dengan orang yang tidak berkepentingan, khawatir malah rancu. Saat ini momentum yang tepat berbicara ke media massa. Ketua Takmir Masjid Teja Suar, Karya mengatakan, pihaknya diamanahi oleh HM Saelan sebagai ketua Takmir Masjid untuk mengembangkan dakwah. “Kami terpanggil untuk mempertahankan Masjid Teja Suar, karena kami merasa masjid ini yang terbaik. Mulai dari arsitektur dan masyarakat merasa memiliki masjid ini,” pungkasnya. (abd)        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: