Pilkades Ciputat Mengambang
CIAWIGEBANG - Rencananya Pilkades Ciputat Ciawigebang akan kembali digelar antara Kamis (5/12) dan Sabtu (7/12). Namun demikian, hal itu belum ada kepastian mengingat belum ada titik temu antara panitia dan calon. Dari informasi yang Radar himpun pada Senin (2/12) pagi, pihak kecamatan melakukan pertemuan untuk membahas kelanjutan. Meski dijadwalkan pada besok Kamis atau Sabtu, tapi pihak kecamatan belum bisa memastikan. “Belum pasti, karena belum ada keputusan. Kami belum ketemu sama calon nomor 2, katanya dia ingin menenangkan pikiraan alias ‘niis’,” ucap salah seorang pegawai kecamatan yang enggan disebutkan namanya kepada Radar, Senin (2/12) siang. Sementara itu, Kabid Pemberdayaan Pemerintah Desa Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kuningan Ahmad Faruk Ssos yang dihubungi tetap menyebutkan, bahwa pelaksanaan digelar antara Kamis dan Sabtu. “Tetap seperti keputusaan pada saat pemabatalan, kami yakin bisa terlaksana,” ujar Faruk. Faruk menyebutkan, hasil pilkades putaran kedua yang berjumlah 54 desa menghasilkan 52 kades terpilih. Terkait hasil pilkades di Citapen, Kecamatan Japara, di mana dari pendukung calon yang kalah kecewa dan tidak puas tidak akan mengubah hasil, karena pemilihan sudah beres. DESA KARANGMANGU DIULANG Semantara untuk Desa Karangmangu, Kecamatan Kramatmulya, terpaksa diulang karena calon tunggal kalah oleh bungbung kosong atau kertas putih. Faruk menyebutkan, suara yang masuk 2.047 dari total hak pilih berjumlah 2.850. Rinciannya, Hj Yeti Suyeti mendapat 817 suara, sementara kertas putih 1.177 dan tidak sah 53. Karena itu, menurut Faruk, pilkades diulang tahun 2015. Karena tahun 2014 dilarang ada agenda politik selain pileg dan pilpres. “Suami dari calon adalah mantan kades sebelumnya. Kami tidak bisa menilai, karena itu pilihan warga meski harus ada pilkades ulang,” katanya. Dari informasi yang Radar himpun, kekalahan telak dan memalukan ini karena banyak warga yang tidak simpatik. Warga menilai, keluarga calon tidak tidak dekat dengan warga dan dianggap sombong. Sehingga warga lebih memilih tidak memiliki kades dari pada harus memilih istrinya. (mus)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: