Etilen Glikol dan Dietilen Glikol Dipakai di Minyak Rem dan Radiator Mobil? Kenapa Ada Cemaran pada Obat?

Etilen Glikol dan Dietilen Glikol Dipakai di Minyak Rem dan Radiator Mobil? Kenapa Ada Cemaran pada Obat?

Etilen glikol dan dietilen glikol dikabarkan juga menjadi campuran minyak rem dan cairan radiator. -Yuda Sanjaya-radarcirebon.com

Radarcirebon.com, JAKARTA - Zat etilen glikol dan dietilen glikol dikabarkan digunakan pada banyak produk selain obat seperti minyak rem, kosmetik hingga radiator coolant mobil.

Penggunaan etilen glikol dan dietilen glikol pada jenis tertentu memang digunakan pada produk otomotif seperti minyak rem, pelumas hingga cairan radiator.

Sebab, etilen glikol dan dietilen glikol lazim digunakan sebagai campuran termasuk pada minyak rem hingga beragam produk pada urusan permesinan.

Lalu, bagaimana etilen glikol dan dietilen glikol digunakan pada obat? Sebagai bahan campuran, pada kadar dan dosis tertentu menang tidak berbahaya dan berfungsi sebagai zat pelarut.

BACA JUGA:Daftar Obat Sirup yang Dilarang karena Etilen Glikol, Versi Kemenkes dan BPOM Kok Beda?

BACA JUGA:Energen Champion SAC Indonesia di Yogyakarta, Diikuti 3.123 Siswa dari 247 Sekolah

Dalam penjelasannya, BPOM menyebutkan bahwa cemaran etilen glikol dan dietilen glikol dapat ditoleransi dengan batas 0,5 mg per kilogram berat badan per hari.

Namun, pada 5 produk yang dilakukan uji oleh BPOM, kadar cemaran dua zat tersebut di atas ambang batas. Adapun sumber cemaran tersebut adalah penggunaan sorbitol, polietilen glikol, propelin glikol hingga gliserin atau glikol.

Kemudian sumber cemaran juga diduga berasal dari penggunaan bahan yang berasal dari rantai pasokan berisiko terkait dengan mutu.

Sejauh ini, belum ada penjelasan mengenai apakah etilen glikol dan dietilen glikol yang dipakai pada obat adalah bahan yang sama dengan produk permesinan seperi minyak rem, hingga cairan pendingin radiator.

BACA JUGA:Sikat! Markas Geng Motor Digerebek Polresta Cirebon, Pasang Status Konten Eh yang Datang Polisi

BACA JUGA:Bersihkan Ginjal dengan Mengkonsumsi Olahan Muniman Buah-buahan ini, No 5 Paling Mudah

BPOM sendiri sejak awal sudah menjelaskan bahwa etilen glikol dan dietilen glikol sudah lama dilarang penggunaannya di Indonesia. Terutama dalam bahan campuran untuk produksi obat.

Mengutip data The Observatory of Economic Complexity (OEC), pada tahun 2020 Indonesia mengimpor bahan kimia jenis etilen glikol (ethylene glycol) senilai US$147 juta.

Ini menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor etilen glikol terbesar ke-9 di skala global.

Menurut OEC, etilen glikol adalah bahan baku industri untuk pembuatan material sintetis sejenis plastik seperti poliester dan poliuretan. Etilen glikol juga digunakan untuk produksi minyak rem, oli kendaraan, zat antibeku (antifreeze) di mesin radiator kendaraan, tinta pulpen, dan lain-lain.

BACA JUGA:Pintu Liverpool Selalu Terbuka untuk Steven Gerrald Pulang Kampung

BACA JUGA:Subvarian Omicron XBB Sudah Sampai di Indonesia, Masyarakat Diminta Waspada

Perpustakaan Kedokteran Amerika Serikat (National Library of Medicine/NLM) menyatakan etilen glikol merupakan bahan kimia yang berbahaya bila masuk ke tubuh manusia.

"Bila tertelan dalam jumlah besar, etilen glikol bisa menyebabkan tiga dampak kesehatan yaitu depresi sistem saraf pusat, gangguan sistem jantung-paru (kardiopulmoner), dan kerusakan ginjal," kata NLM di situs resminya.

Dalam keterangannya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, beberapa jenis obat sirup yang digunakan oleh pasien balita yang terkena AKI terbukti memiliki EG, DEG, EGBE, yang seharusnya tidak ada atau sangat sedikit kadarnya di obat-obatan.

Sambil menunggu otoritas obat atau BPOM memfinalisasi hasil penelitian kuantitatif mereka, Kemenkes mengambil posisi konservatif dengan sementara melarang penggunaan obat-obatan sirup.

BACA JUGA:Tahun 2002 Harimau Jawa Masih Ada di Gunung Ciremai, Saksi Mata Ungkap Pengalamannya

BACA JUGA:Terungkap! Penyebab Gagal Ginjal Akut karena Etilen Glikol dan Dietilen Glikol, 133 Anak Meninggal

"Mengingat balita yang teridentifikasi AKI sudah mencapai 70-an per bulan dengan kematian atau fatality rate mendekati 50 persen," pungkas Menkes Budi, dalam keterangan pers tersebut.

Kendati demikian, lagi-lagi masih perlu dipastikan terkait dengan etilen glikol dan dietilen glikol yang digunakan pada produk permesinan seperti minyak rem, apakah berbeda atau sama dengan pada produk farmasi atau obat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: