Kiai Aziz : KUA Itu Dibenci tapi Dirindukan

Kiai Aziz : KUA Itu Dibenci tapi Dirindukan

KUNINGAN – Sorotan terhadap kesepakatan penghulu KUA membuat salah seorang ulama, KH Abdul Aziz AN, berkomentar. Ia meminta, agar semua pihak harus arif dan bijaksana dalam memahami duduk persoalan. Itu dimaksudkan agar para kepala KUA tidak sendirian menanggung fitnah. “KUA-KUA memang sedang disorot, akan tetapi semua pihak harus arif dan bijaksana juga mengetahui duduk permasalahan. Supaya para kepala KUA tidak sendirian yang menanggung fitnah,” kata sesepuh kiai di Kuningan itu kala dipintai tanggapannya, kemarin (12/12). Kalaupun ada biaya nikah atau ipekah yang mencapai Rp500 ribu, Aziz justru mempertanyakan, bahwa itu sebenarnya keinginan siapa. Sebab ia berkeyakinan, di dalamnya banyak pihak yang menerima uang tersebut. “Ipekah Rp500 ribu itu sebenarnya keinginan siapa sih? Karena saya yakin, seyakin-yakinnya, bahwa di dalamnya banyak pihak yang menerima,” kata ulama yang dikenal blak-blakkan tersebut. Pihaknya setuju terhadap kesepakatan para kepala KUA untuk tidak mengabulkan pernikahan di luar kantor dan jam kerja. Menurutnya, itu semata-mata untuk menghindari fitnah yang sangat pahit dan kini menjadi siu nasional. “Katanya fitnah itu lebih keji daripada pembunuhan. Kalau tidak, nanti para kepala KUA disebut bisa diatur lagi, atau KUA juga manusia, dan sebutan-sebutan lainnya,” ucap Aziz. Secara blak-blakkan, Aziz mengaku, sering dirinya menjadi saksi dalam pernikahan. Ia pun menerima amplop berisi uang senilai Rp20 ribu plus satu bungkus rokok. Karena ada dua saksi, maka perhitungannya sudah mencapai Rp60 ribu. “Jangan salah, amplop itu bukan dari naib dan bukan dari sahibulhajat, tetapi dari P3N. Ketika saya selidiki ternyata berasal dari uang ipekah itu,” ungkap sang kiai. Orang-orang di desa dan kelurahan pun, sambung Aziz, terdapat beberapa yang sudah baku mendapatkan jatah. “Katanya itu sudah biasa. Siapa yang mengatur? pasti ada. Makanya ketika ipekah harus dikembalikan kepada aturan Rp30.000, akan banyak pihak yang kehilangan amplop, termasuk saya ketika menjadi saksi,” ucapnya. Pihaknya merasa kasihan kepada para naib yang terus disorot. Sementara di sisi lain, masyarakat keberatan atas penolakan naib untuk menghadiri akad di luar kantor. “Dari situ, kalau boleh saya katakan, sebetulnya KUA itu dibenci tetapi dirindukan,” ujar Aziz sambil tersenyum. Ditegaskan, persoalan tersebut harus ada solusi, mengingat pihaknya pun merasa kasihan kepada masyarakat. Namun ketika ditanya bagaimana solusinya, kiai yang akrab dengan sebutan Uwa Haji tersebut malah melotot. “La Ilaha Illallah, tinggal kembalikan ipekah pada Rp30.000 sesuai aturan, naib beri Rp30.000 untuk ganti bensin dengan niat sedekah, selesai. Gitu aja kok repot,” tukas pengagum almarhum Gusdur ini. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: