Sultan Sepuh Alexander Disebut Tidak Tercatat di Leiden, Rahardjo Djali: Hanya Sampai Sultan Sepuh XI
Snouck Hurgronje dikabarkan punya sebuah surat wasiat yang baru boleh dibuka di tahun 2036 atau 100 tahun setelah kematiannya.-Ist/tangkapan layar-radarcirebon.com
CIREBON, RADARCIREBON.COM - Sultan Sepuh Alexander Radja Radjaningrat disebut tidak tercatat di Leiden, Belanda. Adapun yang terakhir dicatatkan di sana adalah Sultan Sepuh XI.
Sultan Sepuh Aloeda II, Raden Rahardjo Djali mengatakan, Sultan Sepuh Alexander Rajd Radjaningrat tidak tercatat di Leiden, termasuk keturunannya.
Informasi terkait Sultan Sepuh Alexander tersebut diklaim valid oleh Rahardjo Djali dan berdasarkan fakta-fakta terbaru dari Leiden.
Bila melihat Silsilah Keraton Kasepuhan Cirebon, yang dimaksud Sultan Sepuh XI adalah Paerangan Radja Aluda Tajul Arifin yang bertakhta tahun 1899 M.
BACA JUGA:Konflik Keraton Kasepuhan Cirebon, Dewan Kalungguhan Minta Pemda Ambil Alih Pengelolaan Wisata
BACA JUGA:Lirik Sholawat Munjiyat dan Fadhilahnya, untuk Keselamatan dan Perlindungan dari Bencana
Mengacu pada pernyataan Rahardjo Djali, Sultan Sepuh Pangeran Radja Radja Ningrat yang merupakan Sultan Sepuh XII, PRA DR H Maulana Pakuningrat Sultan Sepuh XIII, PRA Arief Natadiningrat Sultan Sepuh XIV dan PRA Luqman Zulkaedin Sultan Sepuh XV tidak tercatat di sana.
"Sultah Sepuh yang dicatat di Leiden adalah Sultan Sepuh XI. Bukan Alexander. Di Babon Silsilan Induk Keraton Kasepuhan Cirebon juga tidak ada namanya Alexander," tandas Rahardjo Djali.
Ditegaskan dia, data terbaru dari Leiden tersebut tidak terbantahkan lagi juga sangat valid, karena menjadi sumber rujukan sejarah.
Karena itu, Keraton Kasepuhan Cirebon harus melakukan pelurusan sejarah bermodalkan catatan-catatan dan dokumen di Leiden, Belanda.
BACA JUGA:Gosip Shalom Hamil dan Gugurkan Kandungan, Respons Wulan Guritno Mengenjutkan
Diungkapkan dia, selama ini dirinya juga Dewan Kalungguhan diam, karena masih menghormati Almarhum Sultan Arief Natadiningrat.
Tetapi, karena arogansi yang besangkutan dan menyinggung semua keluarga besar, ini yang membuat semua pada akhirnya bergerak dan menuntut pelurusan sejarah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: