Industri Genteng Jatiwangi Terpuruk Banyak Pengusaha Gulung Tikar, Ternyata Ini Penyebabnya
Industri genteng Jatiwangi mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1998-an. Kini kondisinya mulai terpuruk karena kesulitan bahan baku dan tenaga kerja. Foto: -Almuaras-Radar Majalengka
“Justru sekarang ini banyak pesanan genteng tapi stok genteng sedang kosong, sehingga bila membutuhkan harus inden atau menunggu 10 hari hingga dua mingguan,” ujar H Enceng.
Dijelaskan dia, harga pasaran genteng morando glazir untuk kualitas baik saat ini sekitar Rp4 ribu hingga Rp4.500 perbuah.
Enceng mengaku melihat usaha genteng yang kian terpuruk, akhirnya banting stir dengan membuka usaha kafe, Kedai Rumah Duren.
“Bekas tungku pembakaran genteng ini, kami rombak untuk jadi usaha resto,” ujar H Enceng.
Hal senada diungkapkan pengusaha genteng asal Burujul Kulon, Acun. Diakuinya usaha genteng Jatiwangi semakin mengalami penurunan.
BACA JUGA:Miss Kroasia Ivana Knoll Batal Bugil, Kini Jadi Hater Argentina
BACA JUGA:Begal yang Beraksi di Buntet Cirebon Diringkus, Satu Orang Masih Buron
Usaha genteng Jatiwangi mengalami masa kejayaan sekitar tahun 1998-an. Genteng Jatiwangi merupakan produk atap yang utama dan sangat kuat dibandingkan dengan produk lainnya.
“Selama masih ada bahan baku dan orang yang kerja, kami akan terus produksi genteng. Karena, genteng Jatiwangi sudah terkenal ke seantero nusantara,” ujarnya.
Sementara pemilik MR Putra, H Bambang Siswanto mengakui memilih untuk menghentikan industri genteng dan beralih ke usaha lain.
“Saya memilih untuk tidak produksi genteng lagi karena semakin berat,” ujarnya. (ara)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: