CUACA EKSTREM, Peringatan Dini BMKG: Natal hingga Tahun Baru 2023 Seluruh Indonesi Hujan Lebat

CUACA EKSTREM, Peringatan Dini BMKG: Natal hingga Tahun Baru 2023 Seluruh Indonesi Hujan Lebat

Peringatan dini cuaca Jawa Barat, 1 Januari 2023.-Yuda Sanjaya-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM – Peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG, seluruh wilayah Indonesia bakal dilanda hujan lebat selama periode libur Natal hingga tahun baru 2023.

Terkait kondisi cuaca ekstrem yang ditandai dengan hujan lebat selama periode Natal hingga Tahun Baru 2023, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini.

Pada peringatan dini dari BMKG terkait dengan potensi cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi, hal tersebut tidak lepas dari kondisi dinamika di atmosfer.

Karena itu, masyarakat yang hendak bepergian untuk lebih waspada terhadap kondisi dan perubahan cuaca. Termasuk saat terjadi hujan lebat di tengah perjalanan.

BACA JUGA:KLB PSSI Kabupaten Cirebon Batal Digelar 24 Desember, Begini Penjelasannya

Operator transportasi juga diminta untuk mewaspadai kondisi cuaca ekstrem di periode libur Natal dan Tahun Baru 2023, yang biasanya menjadi waktu liburan bagi masyarakat.

Kepala BMKG, Dwikorita menjelaskan, ada peningkatan aktivitas Monsun Asia yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan selatan.

Selain itu, meningkatnya intensitas seruakan dingin Asia yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan potensi awan hujan di sekitar Kalimantan, Sumatera, Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara.

Dinamika atmosfer lainnya yaitu adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia.

BACA JUGA:Ada Apa dengan Cadas Pangeran dan Tol Cisumdawu? Melupakan Jejak Sejarah

Kondisi ini dapat memicu peningkatan pertumbuhan awan konvektif cukup masif dan berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi, peningkatan kecepatan angin permukaan, serta peningkatan tinggi gelombang di sekitarnya.

Dan yang keempat, terpantaunya beberapa aktivitas gelombang atmosfer, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan gelombang Kelvin dan Rossby Ekuatorial.

“Kondisi tersebut berkontribusi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia terutama di bagian tengah dan timur," papar Dwikorita saat Konferensi Pers di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta.

Dwikorita menuturkan, selain hujan lebat kompleksnya dinamika atmosfer berpotensi mengakibatkan gelombang tinggi di wilayah perairan Indonesia pada periode tanggal 21 - 27 Desember 2022.

BACA JUGA:Arus Mudik Nataru 2022, Polres Cirebon Kota Siapkan Hal Ini

Adapun wilayah perairan Indonesia yang perlu diwaspadai adalah:

Kategori Tinggi Gelombang 2.5 – 4.0 m : Selat Malaka Bagian Utara, Perairan Utara Sabang, Perairan Barat Aceh, Perairan Barat Nias, Perairan Kep. Mentawai, Perairan Barat Enggano Hingga Lampung, Samudra Hindia Barat Sumatera, Selat Sunda, Perairan Selatan Jawa Hingga Ntb.

Samudra Hindia Selatan Banten, Samudra Hindia Selatan Jawa Timur Hingga Ntb, Perairan Anambas – Natuna, Perairan Subi – Serasan, Laut Jawa Bagian Tengah Dan Timur, Laut Sulawesi Bagain Tengah Dan Timur, Perairan Utara Sulawesi, Perairan Kep. Sitaro Bagian Barat, Perairan Kep. Sangihe Dan Talaud, Samudra Pasifik Utara Halmahera Hingga Papua Barat.

Kategori Tinggi Gelombang 4.0 – 6.0 m: Laut Natuna Utara, Samudra Hindia Selatan Jawa Barat Dan Tengah.

Dengan adanya prakiraan cuaca tersebut, Dwikorita meminta masyarakat untuk terus memonitor informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG.

BACA JUGA:Kabar Terkini, Anak yang Dipotong Alat Kelamin Oleh Ayah Kandung Akan Jalani Operasi

Menurutnya, risiko terjadinya bencana hidrometeorologi seperti  banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang, puting beliung dan gelombang tinggi sangat besar terjadi.

"Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiap-siagaan dalam menghadapi risiko terjadinya bencana hidrometeorologi. Dahan dan ranting pohon yang rapuh harus dipangkas serta menguatkan tegakan/tiang agar tidak roboh tertiup angin kencang," ujarnya.

Pemerintah Daerah, kata Dwikorita, perlu lebih mengintensifkan koordinasi, sinergi, dan komunikasi antar pihak terkait untuk kesiapsiagaan antisipasi bencana hidrometrorologi.

Selain itu, pemerintah daerah juga harus memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air siap untuk mengantisipasi peningkatan curah hujan.

BACA JUGA:Lowongan Kerja Pabrik Cirebon, Savana Rattan & Funiture Butuh Staf Ini

"Perlu juga digencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi secara lebih masif untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian Pemerintah Daerah, masyarakat serta pihak terkait dalam pencegahan/pengurangan risiko bencana hidrometeorologi," imbuhnya.

Sementara itu, lanjut Dwikorita, bagi penyedia transportasi penyeberangan dan masyarakat pengguna  perlu meningkatkan kewaspadaan sebagai salah satu upaya adaptasi dan mitigasi kondisi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: