Melihat Tradisi Membuat Kue Apem di Bulan Safar
Bulan Safar (tahun hijriyah) merupakan bulan dengan tradisi membuat kue apem tawar. Hal ini yang masih dipercayai beberapa masyarakat di Kabupaten Majalengka yang tidak pernah pudar. ONO CAHYONO – Sumberjaya Bagi Anda yang gemar mengkonsumsi kue apem tawar, tampaknya tidak cukup sulit untuk mencari di beberapa pasar tradisional. Pada bulan Safar ini banyak masyarakat Majalengka yang masih menjaga tradisi membuat kue tersebut untuk dibagikan kepada saudara, keluarga hingga tetangga sekitar. Di Desa Rancaputat, Kecamatan Sumberjaya misalnya, tradisi itu masih terus dilakukan oleh warga setempat. Proses pembuatan kue tersebut juga dinilai tidak sulit. Berbahan baku dari tepung beras, ragi dan gula merah serta parudan kelapa itu sebagai bumbu pelengkap dari makanan tradisional tersebut. Warga Rt 01 Rw 01, Tati salah satunya. Membuat kue apem tersebut memang sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu. Meski tidak di wajibkan, hanya saja tradisi yang sudah melekat ini masih dilakukan masyarakat tidak hanya di Kota Angin, tetapi juga di Wilayah Ciayumajakuning. Membuat kue apem tawar juga tidak diharuskan bagi seluruh masyarakat tak terkecuali bagi masyarakat dari kalangan ekonomi menengah sampai atas. Kue apem yang non-kolesterol ini banyak ditemui di sejumlah pasar tradisional. “Hanya sebagai syarat untuk menyambut menghadapi bulan safar. Katanya dari zaman dulu kalo ada salah satu anggota yang lahir di bulan ini (Safar, red) mengharuskan untuk membuat kue,” ungkapnya, saat ditemui tengah mengemas kue tersebut, kemarin (29/12). Dia menambahkan, pembuatan kue apem di bulan Safar ini juga ada batas waktu tersendiri. Seperti batas waktu pembuatan pada minggu terakhir bulan Safar tidak diperbolehkan. Entah apa alasannya, yang pasti beberapa kalangan masyarakat masih mempercayainya. Menurutnya, setelah proses pembuatan selesai, kue tersebut nantinya akan dibagikan kepada anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Ia hanya memaknai jika pembagian kue atau makanan di bulan-bulan tertentu ini saling berbagi antar sesama. “Dari kita saling berbagi dengan sesama disamping lebih mempererat persaudaraan, tentunya mengharapkan keberkahan dan rizki,\" harapnya. Namun, ia mengakui pada tahun 2013 tepatnya bulan Safar kali ini memiliki sedikit perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni biaya produksinya lebih mahal. Karena bertepatan dengan menjelang pergantian tahun baru kebutuhan sejumlah bahan baku mengalami kenaikan harga naik di pasar tradisional. \"Saya membeli bahan baku untuk membuat apem pada tahun kemarin dengan tahun sekarang dengan takaran yang sama, tapi harganya berbeda. Kalau dulu bisa dibagikan kepada wargag di 2 RT, tapi sekarang cuma untuk 1 RT saja,” tandas ibu dua anak berusia 42 tahun ini. (*) Foto : Ono Cahyono/Radar Majalengka SIAP DIBAGI. Warga di Desa Rancaputat tengah membungkus sejumlah kue apem yang akan dibagikan kepada keluarga, tetangga dan masyarakat setempat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: