Anomali Cuaca dan Muncul Fenomena Fase Bulan Perigee, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Utara Jawa

Anomali Cuaca dan Muncul Fenomena Fase Bulan Perigee, Waspadai Banjir Rob di Pesisir Utara Jawa

Suasana kampung nelayan di Indramayu mana kala cuaca buruk sedang melanda saat ini.-Kholil Ibrahim-Radar Indramayu

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM – Kondisi cuaca yang cederung anomali belakangan ini, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat  nelayan untuk waspada banjir rob.

Apalagi, BMKG sudah memberikan peringatan dini, khususnya untuk masyarakat di wilayah pesisir utara Pulau Jawa, bahwa tanggal 11 sampai dengan 16 Mei 2023 akan ada banji rob.

BACA JUGA:DPMPTSP Provinsi Jawa Barat Optimis Rebana Menjadi Magnet Kawasan Ekonomi Baru

“Ancaman banjir rob disebabkan adanya fenomena fase bulan perigee atau jarak terdekat bulan ke bumi yang dapat meningkatkan ketinggian pasang air laut hingga level maksimum,” kata BMKG.

Secara umum, BMKG memprediksi akan berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir.

BACA JUGA:Lestarikan Budaya Cirebon, Forko Pancer dan Sanggar Sawo Kecik Gelang Acara Ini

Seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.

Masyarakat diimbau selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG.

BACA JUGA:MUI Bentuk Tim untuk Dalami Sejumlah Kontroversi Ajaran Pondok Pesantren Al Zaytun Indramayu

BMKG menyebut potensi banjir rob berpotensi terjadi di sejumlah daerah di wilayah Kabupaten Indramayu. Yakni pesisir Desa Eretan Kulon, Eretan Wetan, Kertawinangun dan Karangsong.

Ketua KUD Misaya Mina Eretan Wetan, Rasgianto membenarkan informasi tersebut. “Informasinya sudah kami terima dari Diskanla,” kata dia akhir pekan kemarin.

Diakuinya, kondisi cuaca saat ini masih belum menentu. Gelombang tinggi kerap terjadi. Mayoritas nelayanpun memilih turun jangkar.

BACA JUGA:Danlanal Cirebon Tanam Mangrove di Kalipasung, Berikut Tujuannya

Kalaupun ada yang nekat, mereka tidak berani ke tengah. Hanya berani dipinggiran pantai. Para nelayan tetap membatasi diri untuk mengantisipasi perubahan cuaca.

“Sejak Lebaran mayoritas nelayan kami belum pada berangkat melaut. Cuacanya masih ekstrim, membahayakan,” ujarnya.

Rasgianto menduga, hal ini disebabkan karena berlangsungnya masa peralihan cuaca dari musim baratan masuk musim timuran.

BACA JUGA:Wagub Uu: Petani Jawa Barat Berkurang 5 Persen Setiap Tahun

Walaupun berdasarkan perkiraan dan pengalamannya, musim timuran baru akan terjadi pada akhir bulan Juni atau awal Juli mendatang.

“Sekarang cuaca sudah suit diprediksi. Biasanya, musim timuran itu berlangsung di pertengahan tahun. Tapi kok sekarang sudah ada tanda-tandanya,” ujarnya. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase