Ada 4 Kesamaan, Syekh Panji Gumilang Disetarakan dengan Tokoh Sufi

“Jika semua itu harus membeli berapa biaya yg harus dikeluarkan? Tentunya akan berdampak pada biaya berpendidikan yang tinggi bagi para santrinya,” tandasnya.

Namun, lanjut dia, di Al Zaytun para santri hanya dibebankan Rp300 ribu untuk akomodasi dan Rp100 ribu untuk biaya pendidikan. Sebuah angka murah untuk sebuah pendidikan berasrama.

Dia menjelaskan, dalam mendidik, Panji Gumilang berprinsip nonprofit. Karena itulah Panji Gumilang memilih bertani.

Dengan kemandirian pangan, pertanian di Al Zaytun yang pertama kali mempopulerkan pertanian terpadu. Atau sekarang disebut “integrated framing”.

BACA JUGA:Disebut Yahudi, Ini 3 Salam Khas Syekh Panji Gumilang di Mahad Al Zaytun

Dengan konsep tersebut Al Zaytun telah berhasil menyediakan cadangan beras untuk 2 tahun kedepan. Bahkan bisa lebih.

Untuk protein Al Zaytun memiliki peternakan ayam terbesar yang dimiliki oleh pesantren. Bahkan sedang dibangun pesantren udang ultra intensif.

Ternyata di Al Zaytun, bukan hanya pangan yang dikelola. Sandang dan papan juga. “Kalau anda berkunjung ke Al Zaytun sempatkan untuk keliling. Di sana akan kita temui banyak pabrik,” ungkapnya lagi.

Dia menyebutkan, ada pabrik mebel, lemari, kusen dan segala yang berbau kayu. Ada bengkel besi, motor, mobil dan sepeda.

BACA JUGA:Biksu Thudong Menangis di Tegal, Sampai Angkat Jempol Kaki

Ada pabrik tempe, tahu, kue dan masih banyak lagi. “Bukan hanya integrated farming tapi juga integrated life,” jelasnya.

Di akhir tulisannya, dia menjelaskan, mengapa keduanya sama-sama tinggal di tempat terpencil. Hal itu untuk menghindari fitnah yang datang bertubi-tubi.

Penulis itupun mengutip sebuah pepatah dari Tanah Minang. “Emas tetaplah emas, kuningan tetaplah kuningan”.

“Bagaimanapun fitnah yang datang dan melanda, Al Zaytun tetaplah menjadi emas,” pungkasnya. 

BACA JUGA:ALAMAK! Dahlan Iskan Bocorkan Pertanyaan yang Enggan Dijawab Panji Gumilang, Paling Sensitif?

Sumber: