BUKAN INSPIRASI, Panji Gumilang Justru Ingin Mengoreksi Gontor Lewat Al Zaytun, Trauma Kekerasan?
Panji Gumilang menemui Dahlan Iskan di Galangan Kapal milik Al Zaytun. --
Menurut dia, pada tahun 60-an di Gontor, para santri tidak mendapatkan makanan yang cukup. Pembagian makanan pun sangat ketat.
Menurutnya, makanan yang kurang dampaknya sangat buruk untuk mental siswa.
"Itu mengakibatkan siswa berbohong," sebutnya.
Berbohong dalam hal apa? Ternyata Panji punya pengalamannya sendiri. Dia sering berbohong soal makanan. Karena sering merasa lapar.
Biasanya dia lakukan setelah salat Isya. Panji remaka sering minta makanan ke dapur lalu dibawa ke asrama. Di mana sisi kebohongnya?
Begini, Panji yang baru beranjak gede itu minta makanan dengan alasan untuk makan sahur karena besoknya mau puasa.
Tapi esok harinya ketika ikut sarapan dia ditanya lagi kenapa ikut makan pagi. Akhirnya Panji berbohong lagi, kali ini dengan alasan lupa.
Sejak saat itu, Panji bertekad, kalau kelak berhasil membangun pesantren dirinya akan memperhatikan betul makanan santri.
Untuk itu dia berpikir keras. Untuk memiliki pasokan makanan yang cukup, maka harus punya sumber makanan sendiri.
Maka, Al Zaytun tidak hanya memetingkan urusan belajar. Pertanian dan peternakan pun dipikirkan dengan serius.
Setelah Al Zaytun berdiri, santri mendapatkan makanan yang cukup. Ada jadwalnya. Mulai dari sarapan pagi sampai dibekali kue dan roti.
Jadi, ada sarapan pagi. Lalu ada kesempatan makan kue atau roti pukul 10.00 saat istirahat.
Nanti ada lagi makan siang. Lalu ada bekal kue lagi untuk istirahat kedua sebelum salat Ashar. Lalu ada makan malam yang cukup.
Menu makanannya juga tidak sembarangan. Nilai gizinya dihitung dengan cara modern. Menurut Panji, santri harus cukup gizi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: