Batik Tidak Kaku, Terbuka bagi Ruang Kreativitas

Batik Tidak Kaku, Terbuka bagi Ruang Kreativitas

SEMINAR BATIK: Untuk melestarikan batik sebagai identitas daerah Disbudpar Kabupaten Cirebon menggelar seminar batik 2023 dengan mengundang pembicara yang kompeten, yakni Dewan Pembina Kesenian Cirebon Dr H Casta SPd MPd dan Tokoh Batik Nasional Dr Komaru-Andri Wiguna-radarcirebon.com

CIREBON, RADARCIREBON.COM - PEMBICARA dalam seminar batik tersebut yang juga Dewan Pembina Kesenian Cirebon, Dr H Casta SPd MPd menjelaskan, kebudayaan Cirebon adalah kebudayaan yang hybrid yang menyambungkan nilai-nilai lama dengan nilai-nilai pengaruh Islam di setiap unsurnya. Dimana ada himpitan budaya Jawa dan Sunda, nilai-nilai pra islam yakni era Hindu - Budha serta nilai-nilai kebudayaan Islam dan China.

Menurutnya, jauh sebelum UNESCO mengakui batik Indonesia sebagai budaya tak benda warisan manusia pads 2009, para ahli sudah sejak lama meyakini jika membatik adalah produk asli budaya nusantara.
Motif batik tidak asal dibuat, dia harus punya makna dan arti sehingga simbol yang ada dalam batik mempunyai arti dan nilai luhur tentang kehidupan,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, sistem pengetahuan batik Cirebon salah satunya berpegangan pada hubungan vertikal menuju ke-Esa-an dan hubungan antara mikrokosmos dan makrokosmos.

Seperti alam niskala yang tak tampat dan tak terindera, lalu di tingkat setelahnya ada alam sakala niskala yakni alam yang wadag dan tak wadag baik yang terindera maupun tak terindera serta alam Sakala atau alam wadag dunia ini.  
“Salah satunya simbol atau motif megamendung yang merupakan representasi dari dunia atas atau alam niskala,” tuturnya.

BACA JUGA:TERUNGKAP! Bocoran Sumber Dana Mahad Al Zaytun, Pantas Saja Proyek Mercusuar Terus Jalan

BACA JUGA:Jawaban Kivlan Zen Ditanya Kaitan NII KW9 dan Al Zaytun, Publik Masih Curiga

Batik sendiri, kata pria yang akrab disapa Made Casta tersebut tidak kaku dan terbuka bagi ruang kreativitas.
Dilanjutkannya, ada tiga ruang kreativitas yang bisa diintegrasikan dengan batik yakni dengan berbasis strategi ortodoksa, berbasis strategi hetrodoksa serta berbasis sintesa ortodoksa dan hetrodoksa.

Made menyebut, batik termasuk batik Cirebon sebagai produk kultural yang menuntut terbangunnya interaksi simbolik dengan menggunakam nilai-nilai estetika tidak semata nilai ekonomi apalagi nilai-nilai pragmatis lainnya.  

“Tentu ini diperlukan langkah strategis sebagai keberpihakan terhadap batik dengan sesungguhnya dalam batas kemampuan masyarakat sebagai pendukung pelestarian kebudayaan Cirebon,” ungkapnya. (dri)

BACA JUGA:Berprestasi, Tiga Personel Polres Majalengka Terima Penghargaan

BACA JUGA:Tips Berkendara! Ini Cara Berkendara dengan Motor Matik Saat Lewati Tanjakan dan Turunan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: