Saat Moeldoko Hendak ke Al Zaytun, Korem Cirebon Bilang Sulit Panglima, Ini yang Kemudian Terjadi

Saat Moeldoko Hendak ke Al Zaytun, Korem Cirebon Bilang Sulit Panglima, Ini yang Kemudian Terjadi

Kepala Staf Presiden yang juga mantan Pangdam III Siliwangi, Jenderal (Purn) Moeldoko bercerita kedekatannya dengan Syekh Panji Gumilang dan Mahad Al Zaytun.-KSP-radarcirebon.com

JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Kepala Staf Presiden (KSP), Jenderal (Purn) Dr Moeldoko bercerita kedekatannya dengan Syekh Panji Gumilang dan Mahad Al Zaytun.

Dikisahkan, dirinya memang sempat mendapatkan informasi bahwa Mahad Al Zaytun sangat tertutup, meski lokasinya mudah dijangkau yakni di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.

Kedekatan Moeldoko dengan Al Zaytun dan Syekh Panji Gumilang bermula saat dirinya menjadi Pangdam III Siliwangi sekitar tahun 2010.

Waktu itu, sebagai Pangdam III Siliwangi yang wilayah teritorinya adalah Provinsi Jawa Barat, Moeldoko juga sudah mendengar isu adanya Negara Islam Indonesia (NII).

BACA JUGA:Di sini Dituduh Macam-macam, di Tempat Lain Mahad Al Zaytun Dipuji Setinggi Langit

“Waktu saya Pangdam III Siliwangi saya penasaran dengan Al Zaytun bahwa ada isu dengan NII yang dikait-kaitkan,” kata Moeldoko, baru-baru ini.

Mendengar informasi itu, Moeldoko tergerak ingin melihat langsung seperti apa Al Zaytun dan pendidikan di dalamnya.

Kemudian menugaskan kepada Korem 063 Sunan Gunung Jati (SGJ) untuk bisa mengurus masuk ke pondok pesantren di Kabupaten Indramayu itu.

“Satu saat saya ingin ke sana, Komandan Korem mengatakan, sulit panglima,” cerita Moeldoko pada wawancaranya dengan Tv One baru-baru ini.

BACA JUGA:Mantan Kapten Timnas Ini Disukai Shin Tae Yong, Begini Nasibnya Sekarang

Kenapa Moeldoko ingin masuk ke dalam? Rupanya dia mengemban misi untuk membawa pelajaran bela negara di lingkungan pesantren.

Ajaran bela negara tersebut, tidak hanya untuk Mahad Al Zaytun. Tetapi untuk pondok pesantren lainnya di wilayah kerjanya sebagai Pangdam Siliwangi.

“Saya punya misi mengembangkan ajaran bela negara. Saya tidak ingin kehadiran kami merusak tradisi di pesantren. Akhirnya saya undang ke Kodam para pimpinan pondok pesantren terkait kurikulum bela negara,” tandasnya.

Diakui Moeldoko, dirinya waktu itu memang penasaran dengan Al Zaytun karena dibilang tertutup. Setelah pertemuan itu, ternyata dirinya bisa melenggang masuk dengan mudah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: