Efek Perubahan Iklim, Peneliti: Punya Pengaruh Terhadap Penyusutan Volume Otak Manusia

Efek Perubahan Iklim, Peneliti: Punya Pengaruh Terhadap Penyusutan Volume Otak Manusia

Perubahan lingkungan atau iklim bisa berpengaruh terhadap volume otak manusia.-Glen-Pixabay

RADARCIREBON.COM – Hasil dari sebuah penelitian terbaru ilmuan di Amerika Serikat, bahwa perubahan iklim pada masa lalu ternyata mempunyai hubungan dengan volume otak manusia.

Dilansir dari Science Alert, Kamis 20 Juli 2023, ilmuwan Jeff Mogran Stibel dari Natural History Museum di California, Amerika Serikat, menggambarkan bagaimana manusia berkembang dan beradaptasi dalam merespons tekanan lingkungan.

"Mengingat tren pemanasan global, sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, bila ada, pada ukuran otak manusia dan pada akhirnya perilaku manusia," jelas Stibel.

BACA JUGA:Sisa Masa Jabatan Tinggal 7 Minggu Lagi, Ridwan Kamil Pamit ke Warga Cirebon Timur

Penelitian tersebut mempelajari bagaimana ukuran otak dari 298 spesimen manusia berubah selama 50.000 tahun terakhir dalam kaitannya dengan suhu global, kelembapan, dan curah hujan.

Sementara ketika suhu lebih panas, rata-rata ukuran otak jadi lebih kecil dibanding saat lebih dingin.

"Memahami bagaimana otak telah berubah dari waktu ke waktu pada hominin sangat penting, namun sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan mengenai hal ini," tuturnya.

"Kita tahu bahwa otak telah tumbuh pada seluruh spesies selama beberapa juta tahun terakhir, namun kita hanya tahu sedikit tentang tren makroevolusi lainnya," sambungnya.

BACA JUGA:Ada Pernyataan Bijak dari Susno Duadji Terkait Polemik Panji Gumilang dan Al Zaytun, Silahkan Simak!

Sang peneliti memperoleh data tentang ukuran tengkorak dari 10 sumber terpisah yang sudah dipublikasikan, dengan total 373 pengukuran dari 298 tulang manusia selama 50.000 tahun.

Dia kemudian memasukkan perkiraan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan wilayah geografis dan jenis kelamin untuk memperkirakan ukuran otak.

Stibel melakukan penelitiannya menggunakan empat rentang usia fosil yang berbeda, yaitu 100 tahun, 5.000 tahun, 10.000 tahun, dan 15.000 tahun untuk membantu mengoreksi kesalahan penanggalan.

Lalu dia membandingkan ukuran otak dengan empat catatan iklim, termasuk data dari European Project for Ice Coring in Antarctica (EPICA) Dome C.

BACA JUGA:Sempat Gugup, Cakra Khan Berhasil Buat Juri America's Got Talent 2023 Terpukau

Dalam 50.000 tahun terakhir, telah terjadi fenomena Glasial Maksimum Terakhir, yang menyebabkan suhu rata-rata menjadi lebih dingin secara konsisten hingga pengujung Zaman Pleistosen Akhir. Kemudian pada Zaman Holosen suhu rata-rata naik hingga hari ini.

Analisis menunjukkan pola umum perubahan ukuran otak manusia yang berkorelasi dengan perubahan iklim saat suhu naik dan turun.

Rata-rata volume otak mengalami penyusutan yang cukup besar, yaitu lebih dari 10,7 persen, selama periode pemanasan Zaman Holosen.

 BACA JUGA:PWI Jabar Gelar UKW di Cirebon, Ridwan Kamil: Penting Bagi Wartawan Agar Bisa Naik Kelas

"Perubahan ukuran otak tampaknya terjadi ribuan tahun setelah perubahan iklim dan ini terutama terlihat setelah Glasial Maksimum Terakhir, sekitar 17.000 tahun," terang Stibel dalam laporan penelitiannya.

Pola evolusi ini terjadi dalam periode waktu yang relatif singkat, mulai dari 5.000 hingga 17.000 tahun, dan tren menunjukkan bahwa pemanasan global yang sedang berlangsung dapat berdampak buruk pada kognisi manusia.

"Bahkan sedikit penyusutan otak manusia yang masih ada dapat berdampak pada fisiologi dengan cara yang belum sepenuhnya dapat dipahami," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase