Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan, Pemkab Majalengka Dorong Industri UMKM Beralih ke Energi Listrik

Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan, Pemkab Majalengka Dorong Industri UMKM Beralih ke Energi Listrik

Sosialisasi Elektrifikasi Agrikultur Sektor Pertanian, Peternakan, dan Perikanan serta sektor UMKM dan IKM. Dilaksanakan Selasa 26 September 2023. -Baehaqi-Radar Majalengka

MAJALENGKA, RADARCIREBON.COM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka mendorong sektor industri pertanian, peternakan, perikanan serta sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM) untuk beralih ke energi listrik.

Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Majalengka, Yayan Sumantri bahwa energi listrik, dinilai lebih hemat dan lebih ramah lingkungan.

Apalagi sejauh ini dirinya melihat sebagian industri pertanian, peternakan dan peternakan di Kabupaten Majalengka masih menggunakan energi nonlistrik.

Oleh karena itu, penggunaan energi listrik harus mulai diterapkan di sektor pertanian, peternakan, perikanan IKM dan UKM di Kabupaten Majalengka.

BACA JUGA:Berjasa di Bidang Kemanusiaan, Indomaret Dapat Penghargaan dari PMI Kota Cirebon

Sebab banyak kelebihan mulai dari biaya produksi yang lebih rendah hingga meningkatnya kapasitas produksi.

"Kami di pemerintah daerah concern terhadap peralihan teknologi ini, karena menjadi target untuk meningkatkan daya saing," ujarnya usai mengikuti kegiatan Sosialisasi Elektrifikasi Agrikultur Selasa 26 September 2023.

Yayan mengungkapkan, segmentasi yang sangat mungkin didorong untuk segera beralih ke energi listrik ialah industri kecil menengah (IKM), misalnya pengolahan kedelai, penggilingan beras, dan lainnya.

Apalagi sektor industri tersebut rata-rata masih menggunakan energi bahan bakar minyak yang dinilai lebih rentan terhadap pencemaran lingkungan, sehingga didorong untuk beralih ke energi listrik.

BACA JUGA:Pelabuhan Cirebon Akan Terus Berkembang Seiring dengan Hadirnya Tol Cisumdawu dan Bandara Kertajati

Pihaknya mengakui, output dari didorongnya peralihan energi itu ialah meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Majalengka seiring meningkatnya kapasitas produksinya.

"Penggunaan mesin diesel di industri kecil menengah tersebut secara cost pasti lebih tinggi dibanding menggunakan energi listrik, dan produksinya juga tidak terlalu signifikan," katanya.

Yayan menyampaikan, peralihan ke energi listrik menjadi ikhtiar bersama dalam menjaga kelestarian lingkungan, dan Pemkab Majalengka juga dipastikan mendukung program tersebut.

Sementara itu, Asisten Manajer Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan PLN UP3 Sumedang, Grisna Bulana Girsang, memastikan kesiapan jajarannya menjaga pasokan listrik di sektor industri.

BACA JUGA:Timnas U-24 Indonesia vs Uzbekistan, Indra Sjafri: Tim Dalam Keadaan Siap Tanding

Menurut dia, PLN UP3 Sumedang juga berkomitmen selalu andal dalam menjaga pasokan listrik untuk mendorong penerapan elektrifikasi agrikultur di Kabupaten Majalengka.

"Kami siap memfasilitasi peralihan teknologi agrikultur yang menggunakan listrik, dan memastikan pasokannya lancar," ujarnya.

Ia juga mengatakan, bahwa dakan sosialisasi kali ini turut menghadirkan sejumlah dinas di lingkungan Pemkab Majalengka, perbankan, hingga para pelaku usaha pertanian dan peternakan.

Mereka diajak berdiskusi mengenai berbagai keunggulan menggunakan teknologi listrik dalam aktivitas industrinya yang diklaim lebih hemat dibanding bahan bakar minyak.

BACA JUGA:3 Wasit Indonesia Dipilih FIFA untuk Mengadili Pertandingan Piala Dunia U-17 2023

Pihaknya mengakui, penerapan elektrifikasi pertanian membutuhkan komitmen dan peran aktif semu elemen, termasuk perbankan melalui program pembiayaannya.

"Hasil dari pertemuan perdana ini dapat di follow up, sehingga pelaku usah yang hendak beralih ke energi listrik lebih terfasilitasi oleh instansi terkait" kata Grisna Bulana Girsang.

Sementara pemilik Penggilingan Beras (PB) Sri Rahayu, Dede Koswara mengaku telah menggunakan listrik sebagai sumber daya utama dalam operasional perusahaannya sejak tujuh tahun lalu.

Ia menyanpaikan, selama kurun waktu tersebut biaya produksk dapat ditekan hingga kira-kira 40 persen, dibanding saat menggunakan diesel berbahan bakar minyak yang relatif lebih mahal.

Selain itu, pembelian BBM untuk keperluan industri harus memenuhi sejumlah persyaratan, sedangkan listrik relatif lebih mudah, karena jaringsnnya tersedia hingga ke sektor pertanian.

BACA JUGA:Dorong Ekonomi Kerakyatan untuk Memberi Makna Indonesia, Kredit Mikro BRI Tumbuh 11,47 Persen

"Saya sempat menggunakan diesel sejak 2001-2016, dan biaya produksinya lebih boros serta banyak perawatan. Kalau menggunakan listrik hemat 40 persen, dan perawatan juga minim," ujar Dede Koswara. (bae)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: reportase