Profesor Ini Bilang, Hamas Belajar dari Perang Gerilya Indonesia, Meniru Taktik Jenderal Sudirman
Pasukan Hamas belajar dari taktik perang gerilya yang dilakukan Jenderal Sudirman di Indonesia dan perang Vietnam. Potret kehancuran Rumah Sakit The Baptist di Gaza yang dibom pesawat tempur Israel.-Foto: Mohammed H Masri via Eye On Palestine-radarcirebon.com
JAKARTA, RADARCIREBON.COM – Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah atau Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) bisa bertahan hingga saat ini, karena belajar dari taktik perang gerilya yang dilakukan Indonesia, khususnya Jenderal Sudirman.
Associate Professor Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah berpandangan, secara matematis seharusnya Israel akan menang dalam perang dengan Hamas.
Tetapi, pada praktiknya belum tentu demikian, karena ada banyak faktor yang mempengaruhi perang tersebut.
“Secara akal sehat Israel akan menang. Tetapi sebagai umat manusia tentu mengharapkan expect the unexpected,” kata Teuku Rezaysah.
BACA JUGA:Saham Bandara Kertajati Jadi ‘Rebutan’ Investor India, Arab Saudi dan Singapura, Pilih Siapa?
Dosen Presiden University dan Universitas Pertahanan (Unhan) tersebut mencontohkan terjadinya banjir di Israel, sehingga serangan tertunda dan tidak dalam skala penuh.
Kemudian tidak mustahil pasukan Hamas memiliki energi ekstra yang walaupun kalah, tapi bisa mendapatkan simpati dunia.
“Kita melihat selama ini, kenapa Hamas bisa bertahan? Dia belajar perang gerilya Indonesia kan. Jadi bersatunya tentara dengan rakyat, dibuktikan oleh Jenderal Sudirman,” kata Profesor Teuku Rezasyah.
Kemudian, kata dia, pasukan Hamas juga sudah belajar dari berbagai perang di dunia dan ternyata lawan yang jauh lebih kuat bisa dikalahkan.
BACA JUGA:Bumbu Mistis Pilwu Serentak Kabupaten Cirebon, Begadang Jaga TPS
“Dia (Hamas) juga belajar dari teori perang Vietnam Utara. Yakni, serang, okay kalah. Tapi punya terowongan di bawah tanah,” tuturnya.
Menurutnya, Israel mengakui, banyak tunnel di bawah tanah dan itu menjadi gudang, operasi, rumah sakitnya Hamas dan tempat melakukan serangan mendadak.
Oleh karena itu, taktik perang gerilya memang dilakukan Hamas untuk melawan Israel dan tidak menutup kemungkinan pertempuran tersebut tidak bisa dihitung secara matematis.
“Ini kan (terowongan) yang masih misteri, sinyal intelijen belum bisa menembus,” papar Teuku Rezasyah di kanal Deddy Corbuzier.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: